Rabu, 04 September 2013

Penggunaan SRTM dan Aster 3B VNIR Untuk Analisis Geomorfologi Tektonik

Wilayah indonesia merupakan daerah dimana terdapat perpotongan tiga lempeng, yaitu Lempeng Samudera Hindia-Australia yang bergerak relatif ke utara, Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak relatif ke barat dan Lempeng Benua Eurasia yang relatif stabil, akibatnya wilayah ini indonesia banyak terdapat sesar aktif yang dapat menimbulkan bencana pada waktu gempa terjadi. Sesar Lembang adalah salah satu landmark geologis yang paling menarik di Dataran Tinggi Bandung dan ekspresi geomorfologi yang jelas dari aktivitas neotektonik di Cekungan Bandung. Sesar Lembang secara morfologi diekspresikan berupa gawir sesar (fault scrap) dengan dinding gawir menghadap kearah utara. Bagian Sesar Lembang yang dapat dilihat, baik dari peta topografi terutama dari foto udara ataupun citra satelit, mempunyai panjang 22 km. Dari timur ke barat, tingginya gawir sesar yang mencerminkan besarnya pergeseran sesar (loncatan vertical/throw maupun dislokasi) berubah dari sekitar 450-an meter di ujung timur (Maribaya, G. Pulusari) dan 40-an meter di sebelah barat (Cisarua) dan kemudian menghilang di ujung barat utara Padalarang.
http://puguhdraharjo.files.wordpress.com/2009/11/puguh-dwi-raharjo-aster-sesar-lembang.jpg?w=516&h=286
Dengan adanya perkembangan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi (geographic information system) yang pesat saat ini, analisis spasial wilayah dalam hubungannya dengan bidang ilmu kebumian seperti geologi, geomorfologi, tataguna lahan dan lain-lainnya mudah dilakukan. Penggabungan atau integrasi hasil interpretasi dan data sekunder lainnya dapat dilakukan dengan cepat dan akurat dengan bantuan teknik sistem informasi geografis. Sajian dalam SIG dapat berupa manipulasi data yang berupa spasial serta data yang berupa atribut, serta mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan memodelkan suatu 3D permukaan sebagai DEM (Digital Elevation Model ;, Model Digital Ketinggian) ; DTM (Digital Terrain model : Model Digital Permukaan) atau TIN (Triangular Irregular Network ; Jaringan Bersegitiga yang tidak beraturan). Berbagai kepentingan yang berkaitan dengan bidang spasial kebumian dapat dianalisa dan dimodelkan. Gambar 1. merupakan diagram alir penelitian
http://puguhdraharjo.files.wordpress.com/2009/11/puguh-dwi-raharjo-aster-sesar-lembang-diagram.jpg?w=458&h=274
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Secara umum geomorfologi merupakan ilmu yang membicarakn mengenai konfigurasi permukaan yang dalam hal ini tidak terlepas bahasan kita terkait dengan bentuklahan. Tenaga geomorfologi di bagi menjadi 2 yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Salah satu tenaga endogen akan menghasilkan suatu bentuklahan struktural dimana dalam sub bentuklahannya merupakan patahan/ blok patahan.
Penggunaan data-data spasial dalam penelitian ini menggunakan bahan data berupa citra SRTM, citra aster, serta peta dasar digital. Data srtm dilakukan peng-konversian ke dalam bentuk vektor yaitu berupa data kontur dengan interval kontur pada penelitian ini sebesar 3 meter, hal ini dilakukan guna pembuatan peta TIN (triangular irregular network) sehingga konfigurasi permukaan dengan kesan 3 dimensional dapat terlihat dengan jelas. Kesan topografi ini dapat mempermudah untuk mengetahui jalur sesar utama serta untuk mengetahui pola-pola aliran yang terbentuk pada daerah tersebut.
Data raster berupa citra aster dilakukan pengkoreksian terlebih dahulu sebelum dilakukan intepretasi dan analisis, koreksi tersebut meliputi koreksi geometrik dan koreksi radiometrik. Koreksi geometrik dimaksudkan agar citra sesuai dengan kondisi di permukaan, sedangkan koreksi radiometrik dimaksudkan guna piksel-piksel dalam citra bebas dari pengaruh awan pada saat perekaman data, sehingga data dapat digunakan untuk  intepretasi lebih lanjut. Saluran citra aster yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan band 3B, VNIR (Visible and Near Infrared) dengan panjang gelombang 0, 78 – 0, 86 mm dengan resolusi spasial 30 meter, pemilihan saluran ini dikarenakan pada band 3B citra aster memiliki sudut penyiaman 27, 6 ° untuk mempertegas kenampakan permukaan maka digunakan penajaman citra linier 2%, kesan-kesan topografis lebih terlihat jelas sehingga intepretasi mengenai sesar serta pola aliran pada sesar lembang dapat dengan mudah dilakukan.
http://puguhdraharjo.files.wordpress.com/2009/11/puguh-dwi-raharjo-aster-sesar-lembang-srtm.jpg?w=533&h=367
Pembuatan formula untuk mengetahui suatu kelurusan pun dapat dilakukan baik menggunakan aplikasi dari grid, dimana nilai piksel grid dirubah secara seragam. Permasalah yang sering dihadapi bahwa piksel grid mempunyai resolusi spasial yang sangat besar, sehingga diperlukan pembuatan data grid berdasarkan meta data dari citra SRTM. Hal ini juga terbentur dengan kemampuan komputer dalam mengolahnya. Ketika pembuatan data kontur dengan interval 0,5 meter diharapkan dapat memberikan output piksel DEM yang kecil dengan resolusi spasial memadai untuk mendapatkan kedetilan kelurusan. Data citra aster pun dapat dilakukan suatu analisis dengan beberapa pemodelan. Penggunaan formula untuk mengetahui kondisi permukaan guna mempertegas kenampakan permukaan salah satunya digunakan filter, menggabungkan beberapa parameter hasil klasifikasi. Kenampakan kelurusan ini hanya sebatas mengetahui keberadaan patahan-patahan (mikro) dan masih perlu dilakukan cross cek dengan data pendukung lainnya. Untuk mengetahui keaktifan sesar maka masih dilakukan survei dan pengukuran lapangan dengan beberapa metoda.
                                                                                            ***                                                                                           

Puguh Dwi Rahar2009. Penggunaan SRTM dan Aster 3B VNIR Untuk Analisis Geomorfologi Tektonik. http://puguhdraharjo.wordpress.com/2009/11/23/penggunaan-srtm-dan-aster-3b-vnir-untuk-analisis-geomorfologi-tektonik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar