Wilayah indonesia merupakan daerah dimana terdapat perpotongan tiga
lempeng, yaitu Lempeng Samudera Hindia-Australia yang bergerak relatif ke
utara, Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak relatif ke barat dan Lempeng
Benua Eurasia yang relatif stabil, akibatnya wilayah ini indonesia banyak
terdapat sesar aktif yang dapat menimbulkan bencana pada waktu gempa terjadi.
Sesar Lembang adalah salah satu landmark geologis yang paling menarik di
Dataran Tinggi Bandung dan ekspresi geomorfologi yang jelas dari aktivitas
neotektonik di Cekungan Bandung. Sesar Lembang secara morfologi diekspresikan
berupa gawir sesar (fault scrap) dengan dinding gawir menghadap kearah utara.
Bagian Sesar Lembang yang dapat dilihat, baik dari peta topografi terutama dari
foto udara ataupun citra satelit, mempunyai panjang 22 km. Dari timur ke barat,
tingginya gawir sesar yang mencerminkan besarnya pergeseran sesar (loncatan
vertical/throw maupun dislokasi) berubah dari sekitar 450-an meter di ujung
timur (Maribaya, G. Pulusari) dan 40-an meter di sebelah barat (Cisarua) dan
kemudian menghilang di ujung barat utara Padalarang.
Dengan
adanya perkembangan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi
(geographic information system) yang pesat saat ini, analisis spasial wilayah
dalam hubungannya dengan bidang ilmu kebumian seperti geologi, geomorfologi,
tataguna lahan dan lain-lainnya mudah dilakukan. Penggabungan atau integrasi
hasil interpretasi dan data sekunder lainnya dapat dilakukan dengan cepat dan
akurat dengan bantuan teknik sistem informasi geografis. Sajian dalam SIG dapat
berupa manipulasi data yang berupa spasial serta data yang berupa atribut,
serta mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan memodelkan suatu 3D permukaan
sebagai DEM (Digital
Elevation Model ;, Model Digital Ketinggian) ; DTM (Digital Terrain model : Model
Digital Permukaan) atau TIN (Triangular
Irregular Network ; Jaringan Bersegitiga yang tidak beraturan).
Berbagai kepentingan yang berkaitan dengan bidang spasial kebumian dapat
dianalisa dan dimodelkan. Gambar 1. merupakan diagram alir penelitian
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Secara
umum geomorfologi merupakan ilmu yang membicarakn mengenai konfigurasi
permukaan yang dalam hal ini tidak terlepas bahasan kita terkait dengan
bentuklahan. Tenaga geomorfologi di bagi menjadi 2 yaitu tenaga endogen dan
tenaga eksogen. Salah satu tenaga endogen akan menghasilkan suatu bentuklahan
struktural dimana dalam sub bentuklahannya merupakan patahan/ blok patahan.
Penggunaan
data-data spasial dalam penelitian ini menggunakan bahan data berupa citra
SRTM, citra aster, serta peta dasar digital. Data srtm dilakukan
peng-konversian ke dalam bentuk vektor yaitu berupa data kontur dengan interval
kontur pada penelitian ini sebesar 3 meter, hal ini dilakukan guna pembuatan
peta TIN (triangular irregular network) sehingga konfigurasi permukaan dengan
kesan 3 dimensional dapat terlihat dengan jelas. Kesan topografi ini dapat
mempermudah untuk mengetahui jalur sesar utama serta untuk mengetahui pola-pola
aliran yang terbentuk pada daerah tersebut.
Data
raster berupa citra aster dilakukan pengkoreksian terlebih dahulu sebelum
dilakukan intepretasi dan analisis, koreksi tersebut meliputi koreksi geometrik
dan koreksi radiometrik. Koreksi geometrik dimaksudkan agar citra sesuai dengan
kondisi di permukaan, sedangkan koreksi radiometrik dimaksudkan guna
piksel-piksel dalam citra bebas dari pengaruh awan pada saat perekaman data,
sehingga data dapat digunakan untuk intepretasi lebih lanjut. Saluran
citra aster yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan band 3B, VNIR
(Visible and Near Infrared) dengan panjang gelombang 0, 78 – 0, 86 mm dengan
resolusi spasial 30 meter, pemilihan saluran ini dikarenakan pada band 3B citra
aster memiliki sudut penyiaman 27, 6 ° untuk mempertegas kenampakan permukaan
maka digunakan penajaman citra linier 2%, kesan-kesan topografis lebih terlihat
jelas sehingga intepretasi mengenai sesar serta pola aliran pada sesar lembang
dapat dengan mudah dilakukan.
Pembuatan
formula untuk mengetahui suatu kelurusan pun dapat dilakukan baik menggunakan
aplikasi dari grid, dimana nilai piksel grid dirubah secara seragam. Permasalah
yang sering dihadapi bahwa piksel grid mempunyai resolusi spasial yang sangat
besar, sehingga diperlukan pembuatan data grid berdasarkan meta data dari citra
SRTM. Hal ini juga terbentur dengan kemampuan komputer dalam mengolahnya.
Ketika pembuatan data kontur dengan interval 0,5 meter diharapkan dapat memberikan
output piksel DEM yang kecil dengan resolusi spasial memadai untuk mendapatkan
kedetilan kelurusan. Data citra aster pun dapat dilakukan suatu analisis dengan
beberapa pemodelan. Penggunaan formula untuk mengetahui kondisi permukaan guna
mempertegas kenampakan permukaan salah satunya digunakan filter, menggabungkan
beberapa parameter hasil klasifikasi. Kenampakan kelurusan ini hanya sebatas
mengetahui keberadaan patahan-patahan (mikro) dan masih perlu dilakukan cross
cek dengan data pendukung lainnya. Untuk mengetahui keaktifan sesar maka masih
dilakukan survei dan pengukuran lapangan dengan beberapa metoda.
***
Puguh Dwi Rahar2009. Penggunaan SRTM dan Aster 3B VNIR
Untuk Analisis Geomorfologi Tektonik. http://puguhdraharjo.wordpress.com/2009/11/23/penggunaan-srtm-dan-aster-3b-vnir-untuk-analisis-geomorfologi-tektonik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar