Penggunaan teknologi Radar (Radio
Detection and Ranging) awalnya digunakan dalam bidang militer untuk mendeteksi
pesawat terbang dan kapal di laut. Sesuai dengan istilahnya Radar merupakan
teknik deteksi obyek dan posisinya menggunakan gelombang radio. Radar mengukur
keterlambatan waktu (time delay) dan kekuatan gema refleksi dari suatu pulsa
radiasi elektromagnetik.
Radar
pencitra (imaging radar), yang juga dikenal sebagai Synthetic Aperture Radar
(SAR), adalah suatu jenis modifikasi system radar untuk menghasilkan citra
sebagai pengganti tampilan jarak (range)
dan arah. Radar pencitra mentransmisikan pulsa-pulsa energi gelombang mikro (microwave) dan oleh karena itu merupakan
suatu system penginderaan jauh aktif, disebut system aktif karena tenaga
elektromagnetik yang digunakan dibangkitkan oleh sensornya. Tenaga gelombang
mikro berupa pulsa bertenaga tinggi yang dipancarkan dalam waktu sangat pendek
dengan satuan mikrodetik (10³ detik). Sistem ini memungkinkan untuk
dioperasikan pada malam hari atau melewati tutupan awan yang tebal.
Penginderaan jauh dengan system radar penting untuk daerah dengan sudut
matahari rendah dan daerah dengan keadaaan atmosfer yang selalu berawan yang
dialami atmosfer negara-negara tropik seperti Indonesia.
Tenaga
gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk penginderaan jauh gelombang
mikro menggunakan panjang gelombang 1000 μm hingga 100 cm. Dari spectrum
gelombang mikro yang biasanya digunakan untuk penginderaan jauh adalah panjang
gelombang antara 1 mm hingga 30 cm.
Panjang
gelombang mikro
P band 0,3
- 1 GHz (30-100 cm)
L band 1 – 2 GHz (15-30 cm)
S band 2
– 4 GHz (7,5-15 cm)
C band 4
– 8 GHz (3,8-7,5 cm)
X band 8–
12,5 GHz (2,4-3,8 cm)
Ku band 12,5
– 18 GHz (1,7-2,4
cm)
K band 18
– 26,5 GHz (1,1-1,7
cm)
Ka band 26,5
– 40,0 GHz 0,75-1,1 cm)
Cara kerja radar pencitra
Sensor radar pencitra
ditempatkan pada wahana (platform) pesawat terbang atau satelit atau pesawat
ulang-alik untuk mengamati ke samping dan ke bawah. Bila wahana bergerak,
plsa-pulsa energi ditransmisikan dan gema yang kembali dikumpulkan (direkam).
Penggunaannya dilakukan dengan
gerakan ke depan dari wahana pada saat memproses gema-gema yang dikumpulkan,
menggabungkannya dengan suatu cara yang khusus dimana ukuran antenna efektif
yang digunakan sangat besar. Resolusi radar tergantung pada ukuran antena ini.
Suatu sistem radar terdiri dari berikut ini :
a. Pemancar (transmitter)
Fungsi dari pemancar adalah membangkitkan
pulsa cahaya berdaya tinggi pada panjang gelombang radio antara 1 cm dan 100
cm.
b. Saklar (switch)
Saklar
berfungsi mengirimkan pulsa Transmisi ke antenna dan mengembalikan gema pada
penerima (reciever).
c. Antena (antenna)
Mengirimkan
pulsa transmisi pada daerah target dan mengumpulkan gema-gema yang
dikembalikan.
d. Penerima (reciever)
Penerima mengubah gema-gema yang dikembalikan menjadi nilai digital.
e. Data Recorder
Menyimpan data citra untuk diproses dan
ditampilkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sinyal pantulan radar
Pengenalan
obyek pada citra radar didasarkan tidak hanya pada rona tetapi juga ukuran,
bentuk, tekstur, bayangan, dan keterkaitan obyek dengan kenampakan
sekelilingnya. Obyek terekam pada citra radar merupakan hasil pulsa balik
radar. Intensitas atau kekuatan pulsa balik menentukan kecerahan obyek yang
terekam pada citra. Pilsa balik radar yang terlalu kuat menghasilkan
karakteristik (signature) lebih cerah
pada citra dibandingkan dengan pulsa balik yang lemah. Intensitas atau kekuatan
pulsa balik radar baik dari system satelit maupun pesawat udara ditentukan oleh
sifat-sifat sebagai berikut :
a.
Sifat-sifat obyek yang diindera, yang meliputi: lereng
(skala makro), sifat dielektrik, kekasaran permukaan dan orientasi kenampakan
(feature orientation)
b.
Sifat-sifat sistem radar, yang meliputi: panjang
gelombang, sudut depresi, polarisasi dan arah pengamatan antena.
Gambar.
Pantulan pulsa radar pada
permukaan obyek
Pengaruh topografi pada citra radar
Topografi
menyebabkan pengaruh pada citra radar, yaitu: pantulan sudut, bayangan radar,
efek rebah ke dalam (layover), dan
pemendekan depan (foreshortening).
a. Pantulan sudut
Pantulan
sudut terjadi pada topografi yang lerengnya terjal. Pancaran pulsa radar yang
mengenai permukaan datar sebagai pantulan cermin, dipantulkan dengan kuat
menjauhi antena. Pantulan ini mengenai lereng terjal yang memantulkannya
dengan kuat ke antena radar. Sebagai akibatnya maka obyek itu tampak dengan
rona sangat cerah pada citra radar.
b. Bayangan radar
Sistem
radar dengan penyinaran condong menghasilkan pulsa balik yang kuat, jika
mengenai bangunan dan tepi puncak perbukitan. Lereng yang menghadap antena akan
memantulkan sebagian besar pulsa, sehingga citra berona cerah. Sedangkan lereng
yang menjauhi antena memantulkan sebagian kecil dari pulsa, sehingga citra
berona gelap. jadi topografi terpengaruh terhadap bayangan. Dalam
foto udara sudut pengamatan matahari konstan pada seluruh pengamatan (scene).
Pada sistem radar sudut depresi lebih kecil dalam arah far range, sehingga
bayangan semakin panjang. Penggunaan sudut depresi kecil cocok untuk perolehan
citra radar dengan medan relief rendah sehingga topografi lebih menonjol.
Gambar. Bayangan radar
c. Pemendekan lereng depan
(foreshortening)
Terjadi
bila lereng depan lebih landai dari garis tegak lurus terhadap arah pengamatan.
Radar foreshortening merupakan peristiwa pemendekan atau penyusutan semua
bidang obyek di permukaan bumi pada citra kasar, kecuali jika bidang tersebut
mempunyai sudut datang (incident angle) 900.
d.
Efek rebah ke dalam (layover)
Radar
layover terjadi pada suatu lereng yang menghadap suatu antenna dengan beda
tinggi nyata antara puncak dan dasarnya. Bagi puncak obyek terlebih dahulu
menerima pulsa radar daripada bagian dasarnya, sehingga puncak tergambar lebih
dekat daripada bagian dasarnya.
Gambar. Proses layover pada citra radar
Karakteristik dari citra radar dalam interpretasi
citra
a. Titik sasaran (point targets)
Titik sasaran adalah satu titik putih
tunggal atau tanda silang putih, yang ditimbulkan oleh penghambur (scattering)
tunggal yang dominan dalam suatu piksel.
b. Bintik (speckle)
Citra muncul keabuan. Ini
disebabkan oleh kombinasi hamburan dari sejumlah kecil penghambur dalam suatu
piksel. Sensor dengan resolusi yang lebih tinggi tidak mungkin mengasilkan
speckle. Speckle dapat dihilangkan dengan merata-ratakan beberapa kenampakan,
tetapi hal ini akan menurunkan resolusi citra.
c. Ambiguitas
Ambiguitas
merupakan citra ganda (multi citra), khususnya citra dari pantulan permukaan
air. Ini biasanya
disebabkan oleh pantulan-pantulan dari pulsa lainnya.
d. Data yang terlewat
Pada kasus yang ekstrim, suatu
puncak gunung mungkin kelihatan lebih dekat dari kaki gunung. Ini dapat
diperbaiki dengan menambahkan sudut kenampakan.
e. Kenampakan yang diperpendek
Bagian
depan suatu gunung mungkin muncul terkompresi. Ini dapat diperbaiki dengan
menambah sudut kenampakan.
f. Bayangan radar (radar shadow)
Kemiringan gunung yang hitam kelihatan hitam. Ini dapat
diperbaiki dengan menggunakan data dari pass yang lain.
g.
Kontras yang tinggi pada daerah-daerah urban.
Daerah urban
menyebabkan hamburan pada sudut reflector dan jalan-jalan yang rata. Sudut-sudut
yang tajam kelihatan terang dan jalan-jalan kelihatan gelap.
h. Distorsi geometri
Citra bila kelihatan lebih terang pada pusat citra. Ini juga dapat
menyebabkan pemberian tanda (berjalur) atau (banding). Distorsi ini dapat
disebabkan oleh jenis antena radar.
i.
Gerakan
pemindahan target
Citra yang kabur dapat disebabkan oleh gerakan sasaran (target). Target
juga dapat kelihatan dalam posisi yang berbeda.
j.
Interferensi
Garis-garis terang yang melewati
citra dan bentuk-bentuk paralelgram yang terang dapat disebabkan oleh
pengoperasian emisi radar lain pada frekuensi yang sama di dalam daerah
sasaran.
Kelebihan
citra radar
-
Karena
energi microwave tidak dipengaruhi oleh awan, maka radar pencitra sanggup
memperoleh citra kualitas tinggi pada daerah-daerah yang ditutupi awan seperti
kutub dan tropis
-
Pada
daerah yang gersang (arid) atau sangat gersang (hyper-arid)
energi gelombang mikro bisa menembus permukaan sampai pada kedalaman yang
tertentu, sehingga memberi kita ukuran yang unik dari sifat-sifat permukaan.
-
Pada
daerah dengan vegetasi yang lebat radar pencitra dapat menembus tajuk (canopy)
dan citra yang dihasilkan dapat menunjukkan dengan jelas permukaan yang
mendasarinya.
-
Karena
radar pencitra menggunakan energi gelombang mikro, maka interaksi dengan target
lebih banyak berupa hamburan (scattering) daripada pantulan (reflection)
sederhana. Hal ini mengizinkan kita untuk menyimpulkan informasi tentang sifat
dari obyek-obyek yang dicitrakan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan
sistem yang konvensional. Oleh karena itu SAR melengkapi data optik, inframerah
dan jenis data konvensional lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Indrawati, Like. 2007. Petunjuk Praktikum Sistem
Penginderaan jauh Non Fotografi. Yogyakarta: Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Purwanto, Hery Taufik. 2007. Petunjuk Praktikum Sistem
Penginderaan Jauh Non Foto. Yogyakarta: Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Indrawati,
Like. 2009. Dalam: Kuliah Sistem Penginderaan Jauh Non Fotografi. Yogyakarta:
Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar