Jumat, 06 September 2013

Pemetaan Penutup Lahan dan Penggunaan Lahan dengan Blok Foto Udara

Pemetaan penutup lahan/ penggunaan lahan menggunakan foto udara pada berbagai skala sudah banyak dikerjakan sampai dengan saat ini. Keunggulan pemanfaatan foto udara dalam kajian ini adalah dapat digunakan untuk mengumpulkan data tanpa banyak melakukan kerja lapangan, dengan hasil yang lebih cepat dan murah disbanding survey terestris. Pemetaan penutup lahan/ penggunaan lahan pada suatu wilayah pada umumnya tidak hanya melibatkan satu pasang foto saja, tetapi menggunakan blok foto.
Pada pemetaan yang mencakup areal cukup luas, banyak faktor yang mempengaruhi hasil pemotretan udara yang dilakukan. Faktor-faktor tersebut adalah ketidakseragaman skala foto udara yang digunakan akibat perbedaan tinggi terbang pesawat (tinggi absolut) pada saat pemotretan, adanya gap ataupun pertampalan yang terlalu luas antar foto, dan waktu pemotretan yang berbeda untuk daerah yang berdekatan. Perbedaan waktu tersebut kadang-kadang diikuti pula oleh perbedaan skala dan jenis foto udaranya.
Untuk dapat memetakan suatau wilayah dengan baik, maka penafsir harus sudah mempunyai gambaran umum tentang daerah yang dikaji sebelum melakukan interpretasi. Gambaran tersebut dapat diperoleh dengan membuat mosaik sementara dari seluruh foto udara yang digunakan. Berdasarkan mosaik itu pula, garis besar rancangan legenda sebagai panduan interpretasi sudah dipersiapkan.
Proses interpretasi sebaiknya dilakukan pada luas wilayah efektif (effective area) pada tiap pasang foto udara (gambar 1.1.). Hal ini dilakukan untuk memperoleh ketelitian geometris yang relatif tinggi, sehingga memudahkan dalam proses ‘plotting’ hasil interpretasi ke peta dasar. Peta hasil interpretasi ini masih dipandang sebagai peta sementara (preliminary map) yang masih harus diuji kebenarannya di lapangan. Namun lebih dari itu nilai terpenting dari peta ini terletak pada fungsinya sebagai panduan dalam proses pengumpulan data lapangan, terutama data yang tidak dapat diperoleh melalui foto udara.
 





                                
Gambar 1.1 daerah efektif interpretasi

-          Mozaik foto udara
Mozaik foto udara adalah susunan foto udara yg telah disambung satu dan lain sedemikian rupa sehingga membentuk gambaran yg mencakup suatu daerah tertentu. Mozaik diperlukan untuk melihat secara keseluruhan daerah. Langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penyusunan mozaik antara lain :
a.       Menyusun dan mengatur foto udara sesuai dengan urutan jalur terbang dan nomor foto udara yang ada.
b.      Menggabungkan dan menempatkan foto udara sesuai dengan pertampalannya.

-          Synoptic Overview
Synoptic Overview merupakan gambaran atau pandangan secara ringkas mengenai fenomena spasial permukaan bumi atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Citra penginderaan jauh merupakan salah satu medium utama dalam geografi yang mampu memberikan gambaran ringkas namun menyeluruh (synoptic overview) mengenai fenomena spasial permukaan bumi. Berbeda halnya dengan peta, informasi yang tersaji pada citra penginderaan jauh pada dasarnya tanpa seleksi, kecuali seleksi dalam hal karakteristik objek yang terwakili oleh respon gelombang elektromagnetik pada spectrum terpilih.
Pekerjaan pemetaan dengan bantuan foto udara jarang sekali di lakukan pada wilayah yang sempit. Yang hanya di liput oleh satu atau dua lembar foto. Mengingat bahwa keunggulan citra pengindraan jauh termasuk foto udara justru terletak pada kemampuan menyajikan synoptic overview, yaitu tinjauan secara menyeluruh namun ringkas dan untuk daerah yang realatif luas. Berdasarkan  synoptic overview ini, dapat dipilih sampel-sampel lapangan sehingga kerja lapangan untuk pengujian/pengecekan serta pengumpulan informasi yang tidak dapat di lakukan secara langsung melalui dari citra dapat di lakukan secara efisien dari sisi biaya, waktu dan tenaga. Serta dari sisi hasil  yang diberikan.
Karena daerah yang di kaji biasanya terliput oleh beberapa lembar foto (bahkan kadang-kadang sampai lebih dari seratus lembar) maka diperlukan metode yang sitematis untuk memperoleh gambaran umum wilayah. interpretasi setiap pasang (pair) foto, serta pemindahan hasil interpretasi ke peta dasar. Metode ini meliputi :
a.       Penyusun mosaik sementara/tentatif. Berupa mosaik tak terkontrol. Sehingga dihasilkan susunan foto yang memberi gambaran menyeluruh tentang wilayah kajian
b.      Pemberian tanda batas wilayah kajian pada peta dasar/peta topografi seusia dengan batas liputan foto. Beserta dengan pemindahan posisi setiap pusat foto ke peta dasar tersebut
c.       Zonasi wilayah kedalam satuan-satuan pemetaan beserta klasifikasinya (misalnya penutup penggunaan lahan) secara garis besar melalui diskusi tim klompok. Berdasarkan kenampakan yang ada pada mosaic tentative tersebut
d.      Pembagian seluruh foto keseluruh anggota tim. Yang di ikuti dengan persiapan berupa penutup wilayah efektif (effective area) untuk interpretasi serta menandai titik-titik pusat foto dan pusat pindahannya
e.       Interpretasi setiap pasang foto udara dengan mengacu ke zonasi yang telah di tetapkan berdasarkan diskusi kelompok pada langkah (c)
f.       Pemindahan detil/rincian hasil interpretasi ke peta dasar melalui penyesuaian skala
g.      Penyajian peta secara kartografis.

Penyusun mozaik sementara dilakukan dengan menyusun seluruh foto udara wilayah kajian. Dengan memperhatikan urutan jalur terbang dan nomer foto. Pada wilayah yang relative datar dan kondisi penerbangan yang normal yaitu sedikit variasi tinggi terbang. Sedikitnya crabbing (terbang terseret angin) dan sebagainya. Foto-foto tersebut biasanya mempunyai skala yang hampir sama. Foto-foto normal semacam ini akan mempunyai sidelap dan andlap yang cukup sehingga dapat mendukung pengamatansetereoskopis. Mosaik semacam ini merupakan mosaik tak terkontrol. Karena foto hanya di susun berdasarkan urutan jalur terbang dan nomer pemotretan. Serta menumpang tindihkan kenampakan yang sama pada foto-foto yang bertampalan. Guna penyusun mosaik yang tak terkontrol ini sekedar untuk memperoleh gambaraan umum wilayah yang akan di kaji.
Setelah mosaik tak terkontrol disusun. Kenampakan pada foto perlu di bandingkan dengan kenampakan pada peta dasar. Dari pembandingan itu dapat ditentukan batas-batas wilayah kajian yang terliput foto. Pemindahan letak pusat-pusat foto ke peta dasar perlu dilakukan. Supaya detil posisi tiap foto pada peta dapat di ketahui pasti. Hal ini akan sangat membantu dalam interpretasi maupun kerja lapangan.
Berdasarkan susunan mosaik tak terkontrol yang ada, setiap tim dapat mendiskusikan gambaran umum wilayah tergantung pada tema yang akan di kaji. Dari gambaran umum tersebut dapat dilakukan zonasi (penglompokan fenomena secara keruangan) secara garis besar. Apabila obyek kajiannya adalah penutup lahan. Maka bentuk-bentuk penutup lahan yang ada sudah dapat di kenali secara umum. Kenampakan yang ada pada peta dasar/peta topografi akan sangat membantu untuk keperluan ini.
Interpretasi setiap pasang foto di lakukan di dalam wilayah efektif. Delineasi dapat dilakukan sedikit keluar dari waliyah efektif. Untuk memperoleh ikatan dengan hasil delineasi foto lainya. Pemindahan hasil interpretasi ke peta dasar dapat dilakukan apabila ada kesesuaian skala dan proyeksi antara foto dengan peta dasar.pemindahan ini dapat mengunakan alat yang di sebut zoom.transfercope atau aerosketchmaster. Zoom transfercope masih memanfaatkan pandangan stereoskopis untuk pemindahan detil. sedangkan aerosketchmaster hanya memanfaatkan pandangan monoskopis. Cara lain yang lebih sederhana adalah dengan mengunakan pantograf elektrik. Dimana perbedaan skala dapat disesuaikan dengan menaik turunkan bidang hasil interpretasi pada interpretasi yang diproyeksikan ke atas peta dasar. Pengaruh kemiringan saat pemotretan dan perbedaan antara proyeksi sentral dengan ortogonal diatasi dengan memiringkan bidang interpretasi. Cara yang lebih sederhana lagi ialah dengan menggunakan map-o-graph. Di mana bidang hasil interpretasi pada transparasi hanya dinaik turunkan untuk memperoleh kesesuaian skala dengan peta dasar. Tanpa koreksi atas tilt dan beda proyeksi. Penggunaan map-o-graph menghasilkan ketelitian geometri yang paling rendah dibandingkan dengan metode yang lain. Dan hanya setara dengan penggunaan mesin foto copy untuk menyesuaikan skala peta dasar ataupun skala hasil interpretasi.
Pemindahan detil hasil interpretasi ini dilakukan secara bertahap, foto demi foto, dan sebaiknya dilakukan mulai dari bagian tengah peta dasar, supaya kesalahan geometris dapat dibagi rata dan tidak terakumulasi pada satu bagian peta saja. Setelah pemindahan detil dilakukan, maka peta ini perlu diolah kembali untuk dapat disajikan secara kartografis.

DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun. 2005. Modul Praktikum Interpretasi Citra Untuk Penggunaan Lahan Dan Vegetasi. Yogyakarta : Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Dostoc. Peranan Geograf dalam Penggunaan Foto Udara Format Kecil. http://www.docstoc.com/docs/25092712/PERANAN-GEOGRAF-DALAM-PENGGUNAAN-FOTO-UDARA-FORMAT-KECIL
            Diakses pada tanggal 22 Maret2013
Danoedoro, Projo. 2011.  Perkembangan Penginderaan Jauh. http://puspics.ugm.ac.id/s2pj/LightNEasy.php?page=Perkembangan_PJ
            Diakses pada tanggal 22 Maret 2013
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar