Pemetaan penutup lahan/ penggunaan lahan menggunakan foto udara pada
berbagai skala sudah banyak dikerjakan sampai dengan saat ini. Keunggulan
pemanfaatan foto udara dalam kajian ini adalah dapat digunakan untuk
mengumpulkan data tanpa banyak melakukan kerja lapangan, dengan hasil yang
lebih cepat dan murah disbanding survey terestris. Pemetaan penutup lahan/
penggunaan lahan pada suatu wilayah pada umumnya tidak hanya melibatkan satu
pasang foto saja, tetapi menggunakan blok foto.
Pada pemetaan yang mencakup areal cukup luas, banyak faktor yang
mempengaruhi hasil pemotretan udara yang dilakukan. Faktor-faktor tersebut
adalah ketidakseragaman skala foto udara yang digunakan akibat perbedaan tinggi
terbang pesawat (tinggi absolut) pada saat pemotretan, adanya gap ataupun
pertampalan yang terlalu luas antar foto, dan waktu pemotretan yang berbeda
untuk daerah yang berdekatan. Perbedaan waktu tersebut kadang-kadang diikuti pula
oleh perbedaan skala dan jenis foto udaranya.
Untuk dapat memetakan suatau wilayah dengan baik, maka penafsir harus sudah
mempunyai gambaran umum tentang daerah yang dikaji sebelum melakukan
interpretasi. Gambaran tersebut dapat diperoleh dengan membuat mosaik sementara
dari seluruh foto udara yang digunakan. Berdasarkan mosaik itu pula, garis
besar rancangan legenda sebagai panduan interpretasi sudah dipersiapkan.
Proses interpretasi sebaiknya dilakukan pada luas wilayah efektif (effective area) pada tiap pasang foto
udara (gambar 1.1.). Hal ini dilakukan untuk memperoleh ketelitian geometris
yang relatif tinggi, sehingga memudahkan dalam proses ‘plotting’ hasil
interpretasi ke peta dasar. Peta hasil interpretasi ini masih dipandang sebagai
peta sementara (preliminary map) yang
masih harus diuji kebenarannya di lapangan. Namun lebih dari itu nilai
terpenting dari peta ini terletak pada fungsinya sebagai panduan dalam proses
pengumpulan data lapangan, terutama data yang tidak dapat diperoleh melalui
foto udara.
Gambar 1.1 daerah
efektif interpretasi
-
Mozaik foto
udara
Mozaik foto udara adalah susunan foto udara yg telah disambung satu dan
lain sedemikian rupa sehingga membentuk gambaran yg mencakup suatu daerah
tertentu. Mozaik diperlukan untuk
melihat secara keseluruhan daerah. Langkah yang harus dilakukan dalam melakukan
penyusunan mozaik antara lain :
a. Menyusun dan mengatur foto udara sesuai
dengan urutan jalur terbang dan nomor foto udara yang ada.
b. Menggabungkan dan menempatkan foto udara
sesuai dengan pertampalannya.
-
Synoptic Overview
Synoptic Overview merupakan
gambaran atau pandangan secara ringkas mengenai fenomena spasial permukaan bumi
atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Citra
penginderaan jauh merupakan salah satu medium utama dalam geografi yang mampu
memberikan gambaran ringkas namun menyeluruh (synoptic overview) mengenai
fenomena spasial permukaan bumi. Berbeda halnya dengan peta, informasi yang
tersaji pada citra penginderaan jauh pada dasarnya tanpa seleksi, kecuali
seleksi dalam hal karakteristik objek yang terwakili oleh respon gelombang
elektromagnetik pada spectrum terpilih.
Pekerjaan
pemetaan dengan bantuan foto udara jarang sekali di lakukan pada wilayah yang
sempit. Yang hanya di liput oleh satu atau dua lembar foto. Mengingat bahwa
keunggulan citra pengindraan jauh termasuk foto udara justru terletak pada
kemampuan menyajikan synoptic overview,
yaitu tinjauan secara menyeluruh namun ringkas dan untuk daerah yang realatif
luas. Berdasarkan synoptic overview ini, dapat dipilih sampel-sampel lapangan
sehingga kerja lapangan untuk pengujian/pengecekan serta pengumpulan informasi
yang tidak dapat di lakukan secara langsung melalui dari citra dapat di lakukan
secara efisien dari sisi biaya, waktu dan tenaga. Serta dari sisi hasil yang diberikan.
Karena
daerah yang di kaji biasanya terliput oleh beberapa lembar foto (bahkan
kadang-kadang sampai lebih dari seratus lembar) maka diperlukan metode yang
sitematis untuk memperoleh gambaran umum wilayah. interpretasi setiap pasang
(pair) foto, serta pemindahan hasil interpretasi ke peta dasar. Metode ini
meliputi :
a.
Penyusun mosaik sementara/tentatif. Berupa mosaik tak
terkontrol. Sehingga dihasilkan susunan foto yang memberi gambaran menyeluruh
tentang wilayah kajian
b.
Pemberian tanda batas wilayah kajian pada peta
dasar/peta topografi seusia dengan batas liputan foto. Beserta dengan
pemindahan posisi setiap pusat foto ke peta dasar tersebut
c.
Zonasi wilayah kedalam satuan-satuan pemetaan beserta
klasifikasinya (misalnya penutup penggunaan lahan) secara garis besar melalui
diskusi tim klompok. Berdasarkan kenampakan yang ada pada mosaic tentative
tersebut
d.
Pembagian seluruh foto keseluruh anggota tim. Yang di
ikuti dengan persiapan berupa penutup wilayah efektif (effective area) untuk
interpretasi serta menandai titik-titik pusat foto dan pusat pindahannya
e.
Interpretasi setiap pasang foto udara dengan mengacu ke
zonasi yang telah di tetapkan berdasarkan diskusi kelompok pada langkah (c)
f.
Pemindahan detil/rincian hasil interpretasi ke peta
dasar melalui penyesuaian skala
g.
Penyajian peta secara kartografis.
Penyusun
mozaik sementara dilakukan dengan menyusun seluruh foto udara wilayah kajian.
Dengan memperhatikan urutan jalur terbang dan nomer foto. Pada wilayah yang
relative datar dan kondisi penerbangan yang normal yaitu sedikit variasi tinggi
terbang. Sedikitnya crabbing (terbang terseret angin) dan sebagainya. Foto-foto
tersebut biasanya mempunyai skala yang hampir sama. Foto-foto normal semacam
ini akan mempunyai sidelap dan andlap yang cukup sehingga dapat mendukung
pengamatansetereoskopis. Mosaik semacam ini merupakan mosaik tak terkontrol. Karena foto hanya di susun berdasarkan
urutan jalur terbang dan nomer pemotretan. Serta menumpang tindihkan kenampakan
yang sama pada foto-foto yang bertampalan. Guna penyusun mosaik yang tak
terkontrol ini sekedar untuk memperoleh gambaraan umum wilayah yang akan di
kaji.
Setelah mosaik tak terkontrol disusun.
Kenampakan pada foto perlu di bandingkan dengan kenampakan pada peta dasar.
Dari pembandingan itu dapat ditentukan batas-batas wilayah kajian yang terliput
foto. Pemindahan letak pusat-pusat foto ke peta dasar perlu dilakukan. Supaya detil posisi tiap foto pada peta
dapat di ketahui pasti. Hal
ini akan sangat membantu dalam interpretasi maupun kerja lapangan.
Berdasarkan susunan mosaik tak terkontrol
yang ada, setiap tim dapat mendiskusikan gambaran umum wilayah tergantung pada
tema yang akan di kaji. Dari gambaran umum tersebut dapat dilakukan zonasi
(penglompokan fenomena secara keruangan) secara garis besar. Apabila obyek
kajiannya adalah penutup lahan. Maka bentuk-bentuk penutup lahan yang ada sudah
dapat di kenali secara umum. Kenampakan yang ada pada peta dasar/peta topografi
akan sangat membantu untuk keperluan ini.
Interpretasi setiap pasang foto di lakukan
di dalam wilayah efektif. Delineasi dapat dilakukan sedikit keluar dari waliyah
efektif. Untuk memperoleh ikatan dengan hasil delineasi foto lainya. Pemindahan
hasil interpretasi ke peta dasar dapat dilakukan apabila ada kesesuaian skala
dan proyeksi antara foto dengan peta dasar.pemindahan ini dapat mengunakan alat
yang di sebut zoom.transfercope atau aerosketchmaster. Zoom transfercope masih
memanfaatkan pandangan stereoskopis untuk pemindahan detil. sedangkan aerosketchmaster
hanya memanfaatkan pandangan monoskopis. Cara lain yang lebih sederhana adalah
dengan mengunakan pantograf elektrik. Dimana perbedaan skala dapat disesuaikan
dengan menaik turunkan bidang hasil interpretasi pada interpretasi yang diproyeksikan
ke atas peta dasar. Pengaruh kemiringan saat pemotretan dan perbedaan antara
proyeksi sentral dengan ortogonal diatasi dengan memiringkan bidang
interpretasi. Cara yang lebih sederhana lagi ialah dengan menggunakan
map-o-graph. Di mana bidang hasil interpretasi pada transparasi hanya dinaik
turunkan untuk memperoleh kesesuaian skala dengan peta dasar. Tanpa koreksi
atas tilt dan beda proyeksi. Penggunaan map-o-graph menghasilkan ketelitian
geometri yang paling rendah dibandingkan dengan metode yang lain. Dan hanya
setara dengan penggunaan mesin foto copy untuk menyesuaikan skala peta dasar
ataupun skala hasil interpretasi.
Pemindahan detil hasil interpretasi ini
dilakukan secara bertahap, foto demi foto, dan sebaiknya dilakukan mulai dari
bagian tengah peta dasar, supaya kesalahan geometris dapat dibagi rata dan
tidak terakumulasi pada satu bagian peta saja. Setelah pemindahan detil
dilakukan, maka peta ini perlu diolah kembali untuk dapat disajikan secara
kartografis.
DAFTAR PUSTAKA
Tim
penyusun. 2005. Modul Praktikum
Interpretasi Citra Untuk Penggunaan Lahan Dan Vegetasi. Yogyakarta :
Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Dostoc. Peranan
Geograf dalam Penggunaan Foto Udara Format Kecil. http://www.docstoc.com/docs/25092712/PERANAN-GEOGRAF-DALAM-PENGGUNAAN-FOTO-UDARA-FORMAT-KECIL
Diakses
pada tanggal 22 Maret2013
Danoedoro, Projo. 2011. Perkembangan
Penginderaan Jauh. http://puspics.ugm.ac.id/s2pj/LightNEasy.php?page=Perkembangan_PJ
Diakses pada tanggal 22 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar