Tulisan ini membahas salah satu aplikasi data Landsat 7 ETM (Enhanced
Thematic Mapper) untuk menganalisis potensi wilayah perairan bagi
pengembangan budidaya perikanan pantai, khususnya budidaya ikan Kerapu
menggunakan keramba jaring apung di Kabupaten Situbondo. Data inderaja Landsat
dari kanal visible (daerah tampak) dan inframerah thermal digunakan untuk
menentukan parameter-parameter fisik yang cocok bagi kehidupan ikan Kerapu.
Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut, citra Landsat dikoreksi
ketelitian geometrik dan radiometric untuk menghilangkan kesalahan posisi dan
nilai digital number dari objek pada citra. Kemudian dilakukan
klasifikasi menjadi wilayah laut, darat dan awan. Wilayah laut dikonversi
menjadi tampilan parameter-parameter fisik perairan dengan merubah digital
number setiap piksel pada citra dengan menggunakan model formula yang sudah
teruji pada penelitian-penelitian sebelumnya. Beberapa parameter fisik perairan
yang digunakan untuk menentukan perairan berpotensi adalah: sebaran suhu
permukaan laut (sea surface temperature), tingkat kekeruhan, tingkat
kecerahan, kedalaman perairan, jumlah oksigen terlarut (Dissolve Oxygen),
sebaran klorofil (sebagai indikator sebaran phytoplankton di perairan) dan
beberapa parameter lainnya, dengan total sembilan parameter. Salah satu contoh
hasil parameter fisik perairan diperlihatkan pada Gambar 1, yang menampilkan
sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan Kabupaten Situbondo Propinsi
Jawa Timur. Dari gambar tersebut terlihat bahwa nilai suhu di perairan pantai
lebih tinggi dibandingkan nilai suhu di lepas pantai. Ini disebabkan karena
wilayah daratan yang bersuhu tinggi bersentuhan langsung dengan wilayah perairan
pantai, sehingga meningkatkan suhu perairan pantai tersebut. Setiap jenis ikan
mempunyai suhu air tertentu dimana ikan tersebut merasa nyaman (comfortable)
dan dapat berkembang biak dengan baik. Untuk jenis ikan Kerapu, suhu air yang
paling baik berkisar antara 27oC –29oC. Untuk
mendapatkan perairan berpotensi bagi budidaya ikan Kerapu, dilakukan
tumpangsusun (overlay) seluruh parameter fisik dengan mempertimbangkan
batas batas kondisi yang dibutuhkan untuk budidaya. Hasilnya adalah peta
wilayah perairan berpotensi yang dibagi ke dalam 4 kelas kesesuaian, yaitu:
1.Sangat sesuai: tidak mempunyai factor penghambat yang memerlukan
perlakuan khusus untuk pengembangannya.
2.Sesuai: memenuhi persyaratan minimal untuk pengembangan,
3.Sesuai Bersyarat: cukup bermanfaat, tapi mempunyai faktor
pembatas yang memerlukan perlakuan khusus untuk meningkatkan kemampuannya
4.Tidak sesuai: tidak dapat diusahakan untuk budidaya.
Wilayah perairan berpotensi (kelas Sangat sesuai dan Sesuai)
terdapat di sepanjang perairan pantai. Dari pengamatan terhadap keseluruhan
luas wilayah perairan berpotensi, diketahui bahwa wilayah perairan berpotensi
di bagian timur kabupaten Situbondo sangat sempit. Ini disebabkan karena
perairan bagian timur yang berbatasan dengan Selat Bali mempunyai kontur dasar
perairan yang curam dan dalam. Kondisi perairan seperti ini mengakibatkan
tingginya biaya pembuatan keramba jaring apung (sebagai contoh: semakin
panjangnya tali jangkar dan beratnya jangkar yang dibutuhkan untuk
mempertahankan rakit agar tetap stabil pada posisinya), mudah terjadinya
pergeseran rakit dan rusaknya keramba jarring karena arus dan ombak yang besar.
Dengan melakukan pengolahan lebih lanjut menggunakan ArcView/ArcInfo, dapat
diprediksi luas perairan berpotensi untuk budidaya perikanan pantai pada setiap
kecamatan. Tahapannya adalah, membagi luas perairan berpotensi pada Gambar
menjadi poligonpoligon yang dibatasi dengan garis batas kecamatan, kemudian
menghitung luas setiap
poligon-poligon tersebut. Hasilnya diperlihatkan pada tabel 1.
Informasi luas ini sangat kasar, tapi dapat
digunakan untuk membantu analisis studi kelayakan usaha. Kemudian
dari hasil analisis lebih lanjut mengenai kesesuaian sosial ekonomi dengan
mempertimbangkan beberapa parameter seperti: aksesibilitas berupa adanya jalan,
pelabuhan dan pasar untuk pengangkutan dan pemasaran hasil budidaya, keamanan
dan lainlain, diketahui bahwa Kecamatan Asembagus, Kendit dan Panarukan
mempunyai daya dukung yang baik untuk pengembangan budidaya ikan Kerapu
menggunakan keramba jaring apung. Melihat fasilitas dan aksesibilitas yang ada,
Kabupaten Situbondo telah selangkah lebih maju dalam budidaya pesisir khususnya
ikan Kerapu. Untuk lebih meningkatkan budidaya tersebut bantuan pemerintah
sangat diperlukan. antara lain dengan memberikan insentip yang memadai,
bimbingan aktif kepada masyarakat dan kemudahan dalam pemasaran hasil budidaya.
Kecamatan Asembagus, Kendit dan Panarukan merupakan daerah-daerah yang
berpotensi dalam budidaya ikan Kerapu, disebabkan beberapa faktor pendukung
yaitu: kualitas air yang baik dan keberadaan prasarana yang memadai untuk saat
ini. Berkenaan dengan hal ini usaha untuk mempertahankan kualitas perairan
pantai perlu dilakukan dengan cara pengawasan yang lebih ketat terhadap
limbahlimbah buangan, baik itu limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah
minyak dari kapal-kapal yang lewat. Peta perairan berpotensi yang diperoleh
dari teknologi penginderaan jauh ini, merupakan tahap awal pengembangan
budidaya ikan Kerapu. Pelaksanaan selanjutnya memerlukan program yang lebih
rinci sesuai dengan kondisi tiap-tiap daerah. ***
Sumber : Bambang Trisakti (Pusbangja LAPAN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar