Rabu, 04 September 2013

Aplikasi Data Landsat untuk Budidaya Ikan Kerapu

Tulisan ini membahas salah satu aplikasi data Landsat 7 ETM (Enhanced Thematic Mapper) untuk menganalisis potensi wilayah perairan bagi pengembangan budidaya perikanan pantai, khususnya budidaya ikan Kerapu menggunakan keramba jaring apung di Kabupaten Situbondo. Data inderaja Landsat dari kanal visible (daerah tampak) dan inframerah thermal digunakan untuk menentukan parameter-parameter fisik yang cocok bagi kehidupan ikan Kerapu. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut, citra Landsat dikoreksi ketelitian geometrik dan radiometric untuk menghilangkan kesalahan posisi dan nilai digital number dari objek pada citra. Kemudian dilakukan klasifikasi menjadi wilayah laut, darat dan awan. Wilayah laut dikonversi menjadi tampilan parameter-parameter fisik perairan dengan merubah digital number setiap piksel pada citra dengan menggunakan model formula yang sudah teruji pada penelitian-penelitian sebelumnya. Beberapa parameter fisik perairan yang digunakan untuk menentukan perairan berpotensi adalah: sebaran suhu permukaan laut (sea surface temperature), tingkat kekeruhan, tingkat kecerahan, kedalaman perairan, jumlah oksigen terlarut (Dissolve Oxygen), sebaran klorofil (sebagai indikator sebaran phytoplankton di perairan) dan beberapa parameter lainnya, dengan total sembilan parameter. Salah satu contoh hasil parameter fisik perairan diperlihatkan pada Gambar 1, yang menampilkan sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan Kabupaten Situbondo Propinsi Jawa Timur. Dari gambar tersebut terlihat bahwa nilai suhu di perairan pantai lebih tinggi dibandingkan nilai suhu di lepas pantai. Ini disebabkan karena wilayah daratan yang bersuhu tinggi bersentuhan langsung dengan wilayah perairan pantai, sehingga meningkatkan suhu perairan pantai tersebut. Setiap jenis ikan mempunyai suhu air tertentu dimana ikan tersebut merasa nyaman (comfortable) dan dapat berkembang biak dengan baik. Untuk jenis ikan Kerapu, suhu air yang paling baik berkisar antara 27oC –29oC. Untuk mendapatkan perairan berpotensi bagi budidaya ikan Kerapu, dilakukan tumpangsusun (overlay) seluruh parameter fisik dengan mempertimbangkan batas batas kondisi yang dibutuhkan untuk budidaya. Hasilnya adalah peta wilayah perairan berpotensi yang dibagi ke dalam 4 kelas kesesuaian, yaitu:
1.Sangat sesuai: tidak mempunyai factor penghambat yang memerlukan perlakuan khusus untuk pengembangannya.
2.Sesuai: memenuhi persyaratan minimal untuk pengembangan,
3.Sesuai Bersyarat: cukup bermanfaat, tapi mempunyai faktor pembatas yang memerlukan perlakuan khusus untuk meningkatkan kemampuannya
4.Tidak sesuai: tidak dapat diusahakan untuk budidaya.

Wilayah perairan berpotensi (kelas Sangat sesuai dan Sesuai) terdapat di sepanjang perairan pantai. Dari pengamatan terhadap keseluruhan luas wilayah perairan berpotensi, diketahui bahwa wilayah perairan berpotensi di bagian timur kabupaten Situbondo sangat sempit. Ini disebabkan karena perairan bagian timur yang berbatasan dengan Selat Bali mempunyai kontur dasar perairan yang curam dan dalam. Kondisi perairan seperti ini mengakibatkan tingginya biaya pembuatan keramba jaring apung (sebagai contoh: semakin panjangnya tali jangkar dan beratnya jangkar yang dibutuhkan untuk mempertahankan rakit agar tetap stabil pada posisinya), mudah terjadinya pergeseran rakit dan rusaknya keramba jarring karena arus dan ombak yang besar. Dengan melakukan pengolahan lebih lanjut menggunakan ArcView/ArcInfo, dapat diprediksi luas perairan berpotensi untuk budidaya perikanan pantai pada setiap kecamatan. Tahapannya adalah, membagi luas perairan berpotensi pada Gambar menjadi poligonpoligon yang dibatasi dengan garis batas kecamatan, kemudian menghitung luas setiap
poligon-poligon tersebut. Hasilnya diperlihatkan pada tabel 1. Informasi luas ini sangat kasar, tapi dapat
digunakan untuk membantu analisis studi kelayakan usaha. Kemudian dari hasil analisis lebih lanjut mengenai kesesuaian sosial ekonomi dengan mempertimbangkan beberapa parameter seperti: aksesibilitas berupa adanya jalan, pelabuhan dan pasar untuk pengangkutan dan pemasaran hasil budidaya, keamanan dan lainlain, diketahui bahwa Kecamatan Asembagus, Kendit dan Panarukan mempunyai daya dukung yang baik untuk pengembangan budidaya ikan Kerapu menggunakan keramba jaring apung. Melihat fasilitas dan aksesibilitas yang ada, Kabupaten Situbondo telah selangkah lebih maju dalam budidaya pesisir khususnya ikan Kerapu. Untuk lebih meningkatkan budidaya tersebut bantuan pemerintah sangat diperlukan. antara lain dengan memberikan insentip yang memadai, bimbingan aktif kepada masyarakat dan kemudahan dalam pemasaran hasil budidaya. Kecamatan Asembagus, Kendit dan Panarukan merupakan daerah-daerah yang berpotensi dalam budidaya ikan Kerapu, disebabkan beberapa faktor pendukung yaitu: kualitas air yang baik dan keberadaan prasarana yang memadai untuk saat ini. Berkenaan dengan hal ini usaha untuk mempertahankan kualitas perairan pantai perlu dilakukan dengan cara pengawasan yang lebih ketat terhadap limbahlimbah buangan, baik itu limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah minyak dari kapal-kapal yang lewat. Peta perairan berpotensi yang diperoleh dari teknologi penginderaan jauh ini, merupakan tahap awal pengembangan budidaya ikan Kerapu. Pelaksanaan selanjutnya memerlukan program yang lebih rinci sesuai dengan kondisi tiap-tiap daerah. ***


Sumber : Bambang Trisakti (Pusbangja LAPAN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar