Sensor multispektral seperti Landsat TM dan SPOT XS
menghasilkan citra dengan band panjang gelombang yang lebih sedikit. Sensor
hiperspektral dapat mendeteksi obyek secara serempak dengan lusinan atau
ratusan panjang gelombang dalam bagian yang sempit. Hasil rekaman dari sensor
tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil pantulan spektral di laboratorium
untuk kemudian digunakan lebih jauh untuk mengenali material permukaan bumi
seperti tipe vegetasi atau menduga kandungan mineral yang tersimpan.
Citra hiperspektral berisi keterangan yang banyak dari
data, tapi untuk menginterpretasikannya memerlukan pemahaman dengan pasti apa
sifat-sifat dari material lahan yang coba kita teliti, dan bagaimana
hubungannya pengukuran dengan sebenarnya oleh sensor hiperspektral.
Citra hiperspektral dihasilkan oleh instrument yang
disebut imaging spectrometers.
Spektroskopi adalah studi cahaya yang diemisikan atau dipantulkan dari material
dan variasi energinya dengan panjang gelombang. Sebagai aplikasinya ialah optik
penginderaan jauh, spektroskopi berhubungan dengan spektrum matahari yang
secara difusi dipantulkan (dihamburkan) oleh material permukaan bumi.
Instrument itu disebut spektrometer (spektroradiometer) yang digunakan untuk
membuat acuan atau pengukuran laboratorium dari cahaya yang dipantulkan dari
material yang diuji. Dengan menggunakan ratusan atau bahkan ribuan detektor,
spektrometer dapat mengukur spektral dengan saluran yang sempit kurang lebih
0,01 mikrometer setiap julatnya, khususnya pada panjang gelombang 0,4 – 2,4
mikrometer (pada panjang gelombang tampak hingga inframerah tengah).
Untuk mengenali obyek yang terekam pada citra
hiperspektral maka kita memerlukan yang disebut dengan perpustakaan spektral (spectral library). Spectral library
berisi tentang informasi spektral seperti mineral, batuan, tanah, material
buatan manusia, air, vegetasi, dan salju. Spectral library dihasilkan dari
pengukuran laboratorium dan dijadikan acuan dalam mengenali obyek-obyek pada
citra hiperspektral, karena pada citra hiperspektral menggunakan julat panjang
gelombang yang sangat sempit pad tiap band-nya maka kita memerlukan informasi
yang khusus tentang obyek yang akan kita analisis, bagaimana karakteristik
pantulan obyek tersebut pada panjang gelombang tertentu, sehingga kita dapat menginterpretasi
citra hiperspektral tersebut sesuai dengan penelitian yang akan kita lakukan.
Sensor
|
Organization
|
Country
|
Number of Bands
|
Wavelength Range (µm)
|
AVIRIS
|
NASA
|
United States
|
224
|
0,4 – 2,5
|
AISA
|
Spectral Imaging Ltd.
|
Finland
|
286
|
0,45 – 0,9
|
CASI
|
Itres Research
|
Canada
|
288
|
0,43 – 0,87
|
DAIS 2115
|
GER Corp.
|
United States
|
211
|
0,4 – 12,0
|
HYMAP
|
Integrated Spectronics
Pty Ltd
|
Australia
|
128
|
0,4 – 2,45
|
PROBE-1
|
Earth Search Sciences
Inc.
|
United States
|
128
|
0,4 – 2,45
|
A Sample of Research and Commercial Imaging Spctrometers
Aplikasi citra Hiperspektral
·
Atmosphere : uap air, sifat awan, aerosols
·
Ecology : chlorophyll, kandungan air daun,
cellulose, pigments, lignin
·
Geology : mineral dan tipe tanah
·
Coastal Waters : chlorophyll, phytoplankton, dissolved
organic materials, suspended sediments
·
Snow/Ice : snow cover fraction, ukuran butir,
salju yang mencair
·
Biomass Burning : suhu, asap
Commercial : mineral exploration, pertanian dan hasil
hutan
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati,
Like. 2007. Petunjuk Praktikum Sistem Penginderaan jauh Non Fotografi.
Yogyakarta: Fakultas Geografi.
Universitas Gadjah Mada
Indrawati, Like. Slideshow Kuliah Sistem Penginderaan
Jauh Non Fotografi. Yogyakarta: Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar