Landsat
pertama kali diluncurkan pada tahun
1972 dengan dua sensor pengindera yaitu return
beam vidicon (RBV) dan Multispectral
Scanner (MSS) dengan resolusi spasial 80 m. Landsat 2 and 3, diluncurkan pada tahun 1975 dan 1978.
Pada tahun 1984, Landsat 4 diluncurkan dengan membawa sensor MSS dan
sensor baru yang dinamakan Thematic Mapper (TM). Sensor baru ini mempunyai resolusi spasial
30 meter dan terdapat 3 saluran baru didalamnya. Landsat 5, merupakan duplkat dari Landsat 4, yang diluncurkan tahun 1984.
Landsat 6, membawa sensor
pankromatik dengan resolusi spasial 15 meter, yang diluncurkan pada tahun 1993.
Yang terkahir adalah Landsat 7 diluncurkan pada tahun 1998.
Satelit Landsat mempunyai lebar liputan sebesar 185 km, dan di equator
mempunyai tampalan paling rendah yaitu sekita 7,3%, dengan luas liputan itu,
maka pada lintang yang lebih tinggi akan memiliki tampalan yang semain besar
pula. Landsat mempunyai beberapa level produk, berikut adalah level
produk Landsat:
•
Level 0R :
Uncorrected (data tidak terkoreksi)
•
Level 1R :
terkoreksi radiometrik
•
Level 1G :
produk standar yang sudah terkoreksi geometrik dan radiometrik tanpa GCP (Ground
Control Point) dengan kesalahan letak kira-kira 250 m pada lokasi yang
datar.
•
Level 1P :
Precission Correction – produk yang terkoreksi geometrik dengan GCP
Berikut
adalah tabel 7 resolusi sensor yang ada pada Landsat:
-
Landsat 7 mempunyai sistem ETM+: yaitu saluran TM6 (thermal) mempunyai
resolusi spasial 60 m dan TM8
(pankromatik) mempunyai
resolusi spasial 15 m.
Dan berikut
adalah aplikasi Thematic Mapper pada Landsat:
Penggunaan teknik penginderaan jauh untuk penyediaan
data penggunaan lahan sudah banyak dilakukan. Selain dapat menyediakan data
dengan lengkap, rinci, dan mutakhir, penggunaan teknik penginderaan jauh dapat
lebih menghemat waktu dan biaya jika dibandingkan dengan teknik pengumpulan
data secara terstrial (Sutanto, 1981)
Citra Landsat TM merupakan salah satu jenis citra
penginderaan jauh yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh sistem pasif.
Kemampuan dari data citra Landsat TM untuk menyediakan data penggunaan lahan
sudah banyak dilakukan. Bahkan hasil klasifikasi liputan lahan dalam
mengidentifikasi obyek-obyek di permukaan bumi menggunakan citra Landsat ini
telah diuji dan hasilnya telah banyak diakui.
Di Indonesia, gunamemenuhi data satelit penginderaan
jauh, LAPAN (Lembaga antariksa dan Penerbangan Nasional) telah mengoperasikan
Sistem Stasiun bumi penginderaan jauh. Salah satu satelit yang dapat diterima oleh stasiun ini adalah Landsat TM
dimana satelit ini melintas 2 kali daam sehari. Akan tetapi Landsat TM yang
melakukan akuisisi melintasi wilayah Indonesia antara jam 08.00 dan 11.00 WIB
setiap hari tidak selalu bebas dari liputan awan. Menurut hasil evaluasi tahun
1994 – 1995 pada beberapa daerah wilayah di Indonesia dinyatakan bahwa data
Landsat TM yang berkualitas liputan awan 0% hanya terjadi daerah Jawa Tengah
dan Maluku/Halmahera, selebihnya diperoleh data dengan liputan awan di atas
30%, sedangkan data yang dipilih untuk diolah lebih lanjut hanyalah data yang
memiliki liputan awan kurang dari 30%. Kekurangan yang dimiliki oleh citra
Landsat TM ini dapat dikurangi dengan potensi informasi spektral yang dimiliki
oleh Landsat TM yangmana memiliki 7 saluran, dimana setiap saluran menggunakan
panjang gelombang tertentu sehingga menghasilkan karakteristik tersendiri bagi
setiap obyek yang dicitrakan. Gambar.
Menunjukkkan kurva pantulan spekktral obyek yang dominan di muka bumi
yaitu air, tanah, dan vegetasi dan rentang panjang gelombang 0,4 – 2,6 µm,
dimana saluran Landsat TM bekerja menggunakan rentang panjang gelombang
tersebut (kecuali saluran 6).
Tabel 7. Spesifikasi
Teknis dan Julat Spektral Citra Landsat TM dan ETM+
Sensor
|
Saluran
|
Panjang Gelombang (mikrometer)
|
Resolusi Spasial (meter)
|
Nama Spektrum
|
TM/ETM+
|
Saluran 1
|
20,45 – 0,52 μm
|
30
|
Biru
|
Saluran 2
|
0,52 – 0,60 μm
|
30
|
Hijau
|
|
Saluran 3
|
0,63 – 0,69 μm
|
30
|
Merah
|
|
Saluran 4
|
0,76 – 0,90 μm
|
30
|
Inframerah dekat
|
|
Saluran 5
|
1,55 – 1,75 μm
|
30
|
Inframerah dekat
|
|
Saluran 6
|
10,40 – 12,50 μm
|
120 dan 60 (ETM+)
|
Inframerah thermal
|
|
Saluran 7
|
2,08 – 2,35 μm
|
30
|
Inframerah tengah
|
|
Saluran 8
|
0,5 – 0,9 μm
|
15 (ETM+)
|
Pankromatik
|
Spesifikasi
|
Deskripsi Teknis
|
Jenis Orbit
|
Sinkron Matahari, hampir Polar
|
Dimensi
|
Berat 2200 kg, Ukuran 2 m x 4 m
|
Sudut Inklinasi
|
98,2°
|
Ketinggiaan Orbit (di Equator)
|
705 km
|
Periode Orbit (Nominal)
|
99 menit (14 orbit/hari) melintasi equator pukul 09.45 waktu lokal
|
Resolusi Temporal
|
16 hari, 233 lintasan orbit
|
Daerah Liputan Global
|
81° LU sampai 81° LS
|
Kuantifikasi Data
|
8 bit
|
Luas Liputan per Scene
|
185 km x 185 km
|
Pertampalan
|
5% overlap, 7% sidelap, 80% sidelap pada 81° LS atau LU
|
Selain
karaktristik spektral yang dimiliki oleh citra Landsat TM, pada Tabel 7
ditunjukkan spesifikasi citra Landsat TM mulai dari resolusi spasial 30 meter
pada saluran 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 120
meter pada saluran 6 serta resolusi temporalnya, dimana satelit Landsat akan
meliput lokasi yang sama setiap 16 hari.
Tabel 8. Saluran
Thematic Mapper dan aplikasinya
Saluran
|
Aplikasi
|
Saluran 1 (0,45-0,52 μm)
|
Dirancang untuk penetrasi tubuh air, sehingga
bermanfaat untuk pemetaan perairan pantai, juga berguna untuk membedakan
antara tanah dan vegetasi, tumbuhan berdaun lebar dan konifer
|
Saluran 2 (0,52-0,60 μm)
|
Dirancang untuk mengukur puncak pantulan hijau
saluran tampak bagi vegetasi guna penilaian ketahanan
|
Saluran 3 (0,63-0,69 μm)
|
Saluran absorbsi klorofil yang penting untuk
diskriminasi tumbuhan
|
Saluran 4 (0,76-0,90 μm)
|
Bermanfaat utuk menentukan kandungan biomassa
dan untuk delineasi tubuh air
|
Saluran 5 (1,55-1,75 μm)
|
Menunjukkan kandungan kelembaban vegetasi dan
kelembaban tanah, juga bermanfaat untuk membedakan salju dan awan
|
Saluran 6 (10,40-12,50 μm)
|
Saluran inframerah thermal yang penggunaannya
untuk analisis pemetaan vegetasi, diskriminasi kelembaban tanah dan pemetaan
thermal
|
Saluran 7 (2,08-2,35 μm)
|
Saluran yang diseleksi karena potensinya untuk
membedakan tipe batuan dan untuk pemetaan dirothermal
|
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto,
Taufik Heri., Like Indrawati. 2007. Petunjuk Praktikum Sistem Penginderaan
jauh Non Fotografi. Yogyakarta :
Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Indrawati,
Like. 2009. Handout: Satelit Landsat. Yogyakarta
: Fakultas Geografi. Universitas Gadjah
Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar