Sabtu, 19 Oktober 2013

Resep Donat Brownies

SELAMA ini kita mengenal keduanya adalah makanan berbeda, donat dan brownies. Bagaimana kalau keduanya dijadikan satu? Ini resep cara membuatnya.
Bahan:
  • 4 butir kuning telur
  • 2 butir putih telur
  • ½ sendok teh cake emulsifier
  • 125 gr gula pasir
  • 25 gr cokelat bubuk
  • 25 gr tepung terigu
  • ½ sendok teh baking powder
  • 50 gr mentega, lelehkan
  • 50 gr dark chocolate, lelehkan
  • Hiasan:
  • 100 gr dark cooking chocolate, lelehkan
Cara membuat:
1. Kocok telur, cake emulsifier, dan gula pasir hingga mengembang. Tambahkan cokelat bubuk, tepung terigu, dan baking powder, aduk rata.
2. Masukkan mentega dan cokelat leleh, aduk perlahan hingga rata.
3. Siapkan loyang donat, olesi margarin. Masukkan adonan, kukus selama 20 menit atau hingga matang.
4. Keluarkan donat dari loyang, hiasi siraman cokelat.
Hasil: 12 porsi
SUMBER : TABLOID BINTANG

Resep Orange Cupcake

Siapa tidak suka jeruk, selain rasanya yang enak buah ini juga sangat menyegarkan. Yuk coba membuat cup cake dari jeruk, selain rasanya enak pasti juga terasa segar di mulut.
Bahan:
  • 200 gr margarin
  • 150 gr gula pasir
  • 3 butir telur
  • 250 gr tepung terigu
  • 1 sendok teh baking powder
  • 1 sendok makan bubuk sari jeruk
  • 3 tetes pewarna oranye
Cara membuat:
1. Kocok margarin dan gula pasir hingga lembut. Masukkan telur, kocok hingga mengembang. Masukkan tepung terigu, bubuk sari jeruk, dan pewarna oranye, aduk hingga tercampur rata.
2. Tuang adonan ke dalam loyang yang telah dialasi paper cup. Panggang dalam oven bersuhu 180 derajat Celsius selama 30 menit atau hingga matang.


sumber : Tabloid BINTANG

Resep Puding Cream Oreo

Yuk berkreasi dengan biskuit dan buat kue lezat ini.
Bahan:
  • 1 bungkus agar-agar cokelat
  • 50 gr gula pasir
  • 1 sendok makan cokelat bubuk
  • 800 ml susu cokelat
  • 50 gr dark cooking chocolate, parut
  • 100 gr whipping cream
Pelapis:
  • 200 gr butter cream siap pakai
  • 200 gr biskuit oreo, hancurkan
Cara membuat:
1. Campur agar-agar, gula pasir, cokelat bubuk, dan susu cair, masak hingga mendidih. Masukkan dark cooking chocolate, aduk rata. Angkat dan diamkan hingga suam-suam kuku.
2. Masukkan whipping cream, aduk rata.
3. Tuang adonan puding ke dalam cetakan, diamkan hingga mengeras.
4. Olesi seluruh permukaan puding dengan butter cream, taburi dengan oreo. Sajikan.


KOS 30 A (EPISODE : PERNIKAHAN MBA CINDERA)

*MENIKAH*

Sejatinya pernikahan adalah sebuah proses yang akan dilalui oleh setiap insan . Menikah adalah sebuah proses penyatuan dua individu menjadi satu. Saat menikah kata aku dan kamu telah berubah menjadi kita. Tak ada lagi hal yang harus ditutup-tutupi. Seorang laki-laki akan menjadi suami dan seorang wanita pun akan berubah statusnya menjadi istri.

Menikah bukan hanya soal kamu dan dirinya. Dengan menikah dua keluarga kini menjadi satu. setiap orang pasti menginginkan pernikahan yang langgeng hingga mautlah yang memisahkan. itu juga doa yang aku berikan untuk mba cindera. Ya, hari ini adalah prosesi akad nikahnya yang dilangsungkan di klaten. Yang namanya jodoh, rezeki, dan maut memang sudah ada yang menentukan. kita tak pernah tahu siapa jodoh kita yang sesungguhnya sampai tiba saat yang tepat. 

Mba Cindera sudah lulus dari D3 Teknik Elektro ia belum sempat bekerja karena tidak diperbolehkan oleh calon suaminya. Calon suamninya meminta ia untuk membantunya mengurus usaha keluarga. Masih jelas dalam ingatanku saat itu sekitar pertengahan bulan september, mba cindera tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan segala sesuatu tentang pernikahannya mulai dari baju pengantin hingga keperluan lainnya. Aku hanya bisa tersenyum dan ikut bahagia. Yang namanya pernikahann bagi setiap wanita pasti menjadi satu hal yang spesial. Segala sesuatunya ingin yang terbaik karena harapannya adalah pernikahan tersebut adalah yang pertama dan terakhir dalam hidupnya.

Gaun pengantin berwarna putih pun akhirnya dipilih, gaun tersebut begitu simple. Walupun gaun tersebut sederhana tapi aku yakin saat mba cindera mengenakannya pasti gaun yang semula sederhana bisa berubah menjadi istimewa. karena kecantikan pemakainya :) wah aku sungguh ingin melihat saat mbak cindera memakai gaun putih itu.. subhanallah

Entah mengapa bila melihat orang yang akan menikah kadang terlintas dalam otakku. jika aku menikah nanti seperti apa ya. Akan mengenakan gaun seperti apa akau nanti. Dan yang terpenting seperti apa calon imamku nanti. Ya rabbi, aku hanya dapat berdoa semoga kau kirimkan seseorang pria yang  tampan akhlaknya, lembut hatinya, dan yang terpenting seseorang yang besar kecintaannya padamu.  

Duhai calon imamku,
Bersamamu aku ingin menjadi makmum, bersamamu aku ingin mencetak generasi rabbani harapan agama dan negeri.


Bersamamu aku ingin mendapatkan gelar shalihah bukan hanya dari single menjadi menikah 



Aku tau mencapai sakinah Bersamamu itu tidak mudah, biar kupersiapkan dengan sepenuh kematangan diri melalui istiqomah dan upgrade ilmu serta iman tanpa lelah

Bersamamu setiaku jauh sebelum kau menikahiku, bahkan ketika kau masih dalam teka teki qalbu. Sendiriku adalah setiaku :')

Bersamamu aku telah siap dengan segala lika liku bahtera, karena ku tau bahtera tak sekedar jalan mulus tanpa halangan.


***

sejatinya kita hidup di dunia ini hanyalah sementara. didalam perjalanan yang singkat ini tuhan telah menciptakan seorang teman dalam perjalanan. Kau belum benar-benar tahu siapa teman sejatimu. apakah sebenarnya kau telah mengenalnya atau malah  ia belum pernah kau temui. semua rahasia itu akan terbuka sedikit demi sedikit dan mengarahkanmu pada jodohmu. Aku yakin akan janji tuhanku bahwa wanita baik-baik untuk laki-laki baik-baik. Jadi jikalau ingin mendapatkan jodoh yang baik maka buatlah dirimu sebaik mungkin dan sepantas mungkin untuk jodohmu kelak. 

aku ingin terus memperbaiki diri untuk calon imamku. aku ingin terus mengevaluasi diri, rasanya aku masih harus banyak belajar ( belajar untuk istiqamah, belajar untuk mematangkan pemikiran, terus belajar ilmu agama, dan yang terpenting belajar untuk menjadi istri yang shaleha). aku ingin terus dan terus belajar untuk itu tolong bimbinglah hati dan jiwa ini ya Allah :)

oleh : Dyah dwi hestiningsih

happy wedding

SELAMAT UNTUK MBA CINDERA.. :D

alhamdulillahirabbil alamin akhirnya salah satu penghuni dari kos 30 A yaitu mba cindera yang telah lulus dari D3 Teknik Elektro pada bulan agustus lalu besok akan memasuki salah satu moment penting dalam hidupnya.. yuph, sebuah pernikahan. wah nikah? iya nikah? aku sebetulnya pengen bisa menyaksikan langsung prosesi akad nikahnya mba cindera tapi ya mau gimana sudah terlanjur bilang gak bisa ikut. aku cuma bisa mendoakan dari jauh semoga besok semua prosesnya berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada kurang satu apapun. pasti besok mba Cindera cantik banget deh, cantik daa balutan gaun pengantin berwarna putih :D Wah pasti bakalan jadi ratu dalam sehari.. selamat ya mbak..
semoga allah memberikan jodoh yang panjang untuk mba dan masnya, semoga langgeng sampai kakek nenek dan hanya mautlah yang dapat memisahkan. semoga barokah pernikahannya :)
aamiin..


Jumat, 13 September 2013

The 3rd National Symposium on Geoinformation Science

The 3rd National Symposium on Geoinformation Science
Simposium Nasional Sains Geoinformasi 2013:
Meningkatkan Kualitas Data Geospasial Melalui Analisis Citra Dan Pemodelan Spasial

Penyelenggara ~ PUSPICS Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Program S2 Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM, Ikatan Geograf Indonesia, dan MAPIN KOmisariat Yogyakarta
Rabu-Kamis, 25-26 September 2013
Tempat: University Club UGM, Yogyakarta

LATAR BELAKANG
Penggunaan teknologi informasi spasial --termasuk penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG)--  dalam ekstraksi informasi spasial tematik, penanganan masalah lingkungan, pengembangan wilayah serta penyediaan data spasial lain dewasa ini telah semakin intensif dan meluas ke berbagai kalangan.  Di satu sisi, kecenderungan ini dapat dinilai positif karena popularitas dan arti penting data geografis (geospasial) semakin meningkat.  Di sisi lain, pemahaman yang tidak sama tentang kualitas dan cara pemrosesan data di berbagai kalangan dengan latar belakang disiplin yang berbeda dapat membawa konsekuensi pada kekeliruan dalam dukungan pengambilan keputusan.   
Berangkat pada pemikiran tersebut, maka PUSPICS Fakultas Geografi UGM mengangkat tema mengenai pentingnya peningkatan kualitas data geospasial, khususnya berdasarkan analisis citra penginderaan jauh dan pemodelan spasial dalam forum Simposium Sains Geoinformasi III.  Tema ini diangkat agar berbagai kalangan penggiat informasi geospasial (peneliti, praktisi, dosen, mahasiswa) dapat bertukar pengalaman serta wawasan dalam upaya-upaya meningkatkan kualitas data geospasial di bidang yang digeluti. 
Simposium Sains Geoinformasi yang akan dilaksanakan untuk ketiga kalinya ini dilaksanakan setiap dua tahun sejak 2009, disusul 2011, dan diharapkan menjadi forum yang terbuka luas bagi pemula (mahasiswa) maupun peneliti yang telah berpengalaman untuk berpartisipasi dan membangun jejaring.
Simposium Sains Geoinformasi III ini juga bersamaan dengan peringatan 30 tahun program pendidikan S2 Penginderaan Jauh, yang mulai dibuka tahun 1983, serta peringatan ulang tahun ke-80 Prof.Dr. Sutanto, salah satu pelopor pendidikan dan penelitian penginderaan jauh di Indonesia, pendiri Jurusan Penginderaan Jauh dan Program, S2 Penginderaan Jauh di Fakultas Geografi UGM, sekaligus sebagai pendiri PUSPICS UGM-Bakosurtanal di tahun 1976 yang saat ini juga telah menginjak usia ke- 37.




Jumat, 06 September 2013

Latihan Estimasi Kerapatan Kanopi

Salah satu aspek vegetasi yang paling mudah dikenali melalui foto udara ataupun citra penginderaan jauh yang lain adalah kerapatannya. Secara kualitatif, seseorang yang tidak mempunyai pengalaman dalam melakukan interpretasi citra akan dengan mudah membedakan liputan vegetasi berdasarkan kerapatannya.
Meskipun demikian, studi vegetasi dengan bantuan citra bukan hanya didukung oleh kemampuan mengenali tingkat kerapatan vegetasi secara kualitatif. Melalui citra berskala besar, terutama foto udara, penafsir dapat mengenali sekaligus melakukan estimasi kerapatan tajuk (kanopi) secara kuantitatif.
Kerapatan kanopi vegetasi secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kerapatan horizontal dan kerapatan vertikal . kerapatan horizontal berkaitan dengan tingkat penutupan permukaan tanah oleh vegetasi; sedangkan kerapatan vertikal berkaitan dengan ‘ketebalan’ kanopi secara vertikal, yang pada umumnya berhubungan dengan jumlah strata (layer).
Informasi kerapatan vegetasi berguna untuk berbagai kebutuhan, seperti misalnya estimasi ketersediaan biomassa untuk kayu bakar, tahap-tahap suksesi, kerentanan terhadap erosi, kerusakan hutan, dan sebagainya. Oleh karena itu, akurasi informasi kerapatan vegetasi sangat menentukan kualitas informasi pendukung studi selanjutnya.
Dalam menghasilkan informasi kerapatan vegetasi yang mempunyai akurasi tinggi, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu jenis citra yang digunakan, skala citra, kualitas citra (kejelasan kenampakan obyek), dan pengalaman si penafsir. Untuk faktor pengalaman, perlu adanya latihan intensif dengan metode khusus dalam ‘standarisasi’ persepsi sebagai upaya pengurangan bias estimasi. Hal ini dapat dikombinasikan dengan latihan menggunakan jenis citra dan skala yang berbeda-beda. 

Prediksi hasil tanaman pertanian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi tingkat kehijauan suatu tanaman dengan menggunakan metode rasio (perbandingan) band inframerah dan near inframerah. Formula seperti ini dikenal dengan nama indeks vegetasi yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat kehijauan vegetasi berdasarkan biomasa tanaman. Formulasi Indeks vegetasi yang umum digunakan adalah NDVI (normalized difference vegetation indeks), secara visual kemampuan formula NDVI dapat membedakan objek vegetasi dan non vegetasi. Formulasi lain yang dikembangkan berupa indeks vegetasi terkoreksi (Enhanced Vegetation Index) Penajaman indeks vegetasi dilakukan dengan cara koreksi radiometrik dari pengaruh kondisi lahan (tanah dan kerapatan kanopi) dan aerosol yang terdeteksi oleh band biru serta posisi penyinaran matahari. Dengan menggunakan metode tersebut dapat memonitor perkembangan tanaman pertanian mulai dari masa tanam, pemeliharaan hingga produksi. Sehingga produksi hasil pertanian secara kualitas dan kuantitas dapat diprediksi dengan baik.

Selama ini untuk prediksi tingkat kehijauan tanaman pertanian khususnya padi telah dilakukan secara kontinyu oleh LAPAN, dengan menggunakan citra satelit NOAA /MODIS. Khusus untuk citra satelit MODIS merupakan citra satelit hyperspektral generasi baru di gunakan untuk pengamatan daratan dan perairan. Citra satelit MODIS (Moderate Resolution Imaging spectroradiometer) merupakan salah satu sensor yang dimiliki oleh EOS (Earth Observing system) dan dibawa oleh 2 wahana yaitu TERRA yang diluncurkan pada 18 Desember 1999 dan AQUA pada tanggal 4 mei 2002. Sensor MODIS merupakan turunan dari sensor AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer), SeaWIFS (Sea-Viewing Wide Field of view sensor) dan HIRS (High Resoution Imaging Spectrometer) yang dimiliki EOS yang sebelumnya telah mengorbit. Kelebihan sensor MODIS dibandingkan dengan sensor global lainnya adalah dalam hal resolusi spasial 250 m, 500 m dan 1 Km. adapun kelebihan lainnya berupa kalibrasi radiometrik, spasial dan spektral dilakukan waktu mengorbit, peningkatan akurasi/presisi radiometrik dan peningkatan akurasi posisi geografis. Dikarenakan resolusi spasialnya, citra satelit MODIS hanya mampu menghasilkan informasi dengan skala gobal (1:500.000 s/d 1:1.000.000).

Untuk identifikasi dan estimasi luas areal pertanian guna menunjang tataruang dan pembangunan tingkat kabupaten/kota dan propinsi (skala menengah) dapat dilakukan dengan menggunakan citra SPOT,ASTER dan LANDSAT. Metode yang digunakan yaitu analisa spektral dari citra yang digunakan dengan beberapa tahapan berupa: menentukan kelas spektral untuk masing-masing sampel, menspesifikasikan kelas spektral dengan algoritma statistik, menerapkan perhitungan statistik guna pengenalan pola, mengklasifikasi dan menginformasikan hasil klasifikasi dalam bentuk peta dan tabel. Informasi yang dihasilkan berupa identifikasi dan estimasi luas areal pertanian ini sangat dibutuhkan untuk; mengetahui secara pasti posisi/sebaran pertanian di suatu daerah yang dapat di klasifikasikan dalam unit kecamatan atau desa, mengetahui sejauhmana potensi pertanian suatu daerah secara spasial, mengetahui nilai proyeksi ekonomi pertanian daerah dan untuk perencanaan peningkatan ekonomi daerah khususnya dari sektor pertanian.  




Gambar 1. Identifikasi sayur mayur di pangalengan(a) dan
prediksi hasil panen padi jawa barat (b)
(sumber: pusat penginderaan jauh – ITB dan LAPAN)

            Prediksi hasil tanaman pertanian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi tingkat kehijauan suatu tanaman dengan menggunakan metode rasio (perbandingan) band inframerah dan near inframerah. Formula seperti ini dikenal dengan nama indeks vegetasi yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat kehijauan vegetasi berdasarkan biomasa tanaman. Formulasi Indeks vegetasi yang umum digunakan adalah NDVI (normalized difference vegetation indeks), secara visual kemampuan formula NDVI dapat membedakan objek vegetasi dan non vegetasi. Formulasi lain yang dikembangkan berupa indeks vegetasi terkoreksi (Enhanced Vegetation Index) Penajaman indeks vegetasi dilakukan dengan cara koreksi radiometrik dari pengaruh kondisi lahan (tanah dan kerapatan kanopi) dan aerosol yang terdeteksi oleh band biru serta posisi penyinaran matahari. Dengan menggunakan metode tersebut dapat memonitor perkembangan tanaman pertanian mulai dari masa tanam, pemeliharaan hingga produksi. Sehingga produksi hasil pertanian secara kualitas dan kuantitas dapat diprediksi dengan baik.

 DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Modul Praktikum Interpretasi Citra Untuk Penggunaan Lahan Dan Vegetasi. Yogyakarta: Program Diploma PJ dan SIG
               Diakses pada tanggal 28 April 2013





Sekelumit kisah sahabat

Terkadang kau begitu mengharapkan seseorang atau bahkan kau terlalu mencintai seseorang yang bahkan orang tersebut pun belum tentu mencintaimu. Ini adalah kisah tentang sahabatku inisialnya "I" dia menyukai seorang pria bernama "R". Dasar namanya orang suka tuh ya, sampe semua status di twitter atau Fb orang yang dia suka itu dikepoo-in semua. Sampe-sampe tiap statusnya diliatin. Bahkan kalau ada lawan jenis yang kayaknya lagi deket atau ngedeketin si "R" pasti temen ku si "I" itu tau. Dia itu sering BBM-an sama si "R", bahkan statusnya BBM-nya si "R" itu juga dikepoin. Pokoknya segala sesuatu yang ada hubungannya sama si "R" pasti dikepoin deh :p

Kisah mereka itu terjadi waktu zamannya SMA dulu. Emang sih mereka gak jadian cuma sempet deket aja. Walaupun kedekatan tersebut hanya terjadi dalam waktu yang singkat tetapi sungguh membekas dihati sahabatku. Sampai sekarang semua kisah itu masih tersimpan dihatinya, ia berharap kelak akan berjodoh dengan si "R". Akupun hanya dapat mengaminkan harapannya, aku hanya bisa ikut mendoakan untuk kebahagiaan sahabatku bila memang si "R" dapat membahagiakan hidupnya aku doakan semoga kelak mereka akan berjodoh dan saling melengkapi satu sama lain. Semoga kisah yang dahulu hanya terjadi secara singkat dapat terajut kembali hingga akhir hayat nanti. Bila mereka memang berjodoh aku akan ikut bahagia..aku akan bahagia untuk sahabatku :D
Pesan untuk "I" kalau emang si "R" itu adalah jodohmu suatu hari nanti dia pasti akan datang untuk menjemputmu. Ia akan menjadikanmu permaisuri hatinya. Tetapi bila ternyata si "R" bukanlah untukmu aku percaya akan ada seseorang yang tentunya lebih baik darinya yang pasti telah tuhan siapkan untukmu.. :)
























Pemetaan Penutup Lahan dan Penggunaan Lahan dengan Blok Foto Udara

Pemetaan penutup lahan/ penggunaan lahan menggunakan foto udara pada berbagai skala sudah banyak dikerjakan sampai dengan saat ini. Keunggulan pemanfaatan foto udara dalam kajian ini adalah dapat digunakan untuk mengumpulkan data tanpa banyak melakukan kerja lapangan, dengan hasil yang lebih cepat dan murah disbanding survey terestris. Pemetaan penutup lahan/ penggunaan lahan pada suatu wilayah pada umumnya tidak hanya melibatkan satu pasang foto saja, tetapi menggunakan blok foto.
Pada pemetaan yang mencakup areal cukup luas, banyak faktor yang mempengaruhi hasil pemotretan udara yang dilakukan. Faktor-faktor tersebut adalah ketidakseragaman skala foto udara yang digunakan akibat perbedaan tinggi terbang pesawat (tinggi absolut) pada saat pemotretan, adanya gap ataupun pertampalan yang terlalu luas antar foto, dan waktu pemotretan yang berbeda untuk daerah yang berdekatan. Perbedaan waktu tersebut kadang-kadang diikuti pula oleh perbedaan skala dan jenis foto udaranya.
Untuk dapat memetakan suatau wilayah dengan baik, maka penafsir harus sudah mempunyai gambaran umum tentang daerah yang dikaji sebelum melakukan interpretasi. Gambaran tersebut dapat diperoleh dengan membuat mosaik sementara dari seluruh foto udara yang digunakan. Berdasarkan mosaik itu pula, garis besar rancangan legenda sebagai panduan interpretasi sudah dipersiapkan.
Proses interpretasi sebaiknya dilakukan pada luas wilayah efektif (effective area) pada tiap pasang foto udara (gambar 1.1.). Hal ini dilakukan untuk memperoleh ketelitian geometris yang relatif tinggi, sehingga memudahkan dalam proses ‘plotting’ hasil interpretasi ke peta dasar. Peta hasil interpretasi ini masih dipandang sebagai peta sementara (preliminary map) yang masih harus diuji kebenarannya di lapangan. Namun lebih dari itu nilai terpenting dari peta ini terletak pada fungsinya sebagai panduan dalam proses pengumpulan data lapangan, terutama data yang tidak dapat diperoleh melalui foto udara.
 





                                
Gambar 1.1 daerah efektif interpretasi

-          Mozaik foto udara
Mozaik foto udara adalah susunan foto udara yg telah disambung satu dan lain sedemikian rupa sehingga membentuk gambaran yg mencakup suatu daerah tertentu. Mozaik diperlukan untuk melihat secara keseluruhan daerah. Langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penyusunan mozaik antara lain :
a.       Menyusun dan mengatur foto udara sesuai dengan urutan jalur terbang dan nomor foto udara yang ada.
b.      Menggabungkan dan menempatkan foto udara sesuai dengan pertampalannya.

-          Synoptic Overview
Synoptic Overview merupakan gambaran atau pandangan secara ringkas mengenai fenomena spasial permukaan bumi atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Citra penginderaan jauh merupakan salah satu medium utama dalam geografi yang mampu memberikan gambaran ringkas namun menyeluruh (synoptic overview) mengenai fenomena spasial permukaan bumi. Berbeda halnya dengan peta, informasi yang tersaji pada citra penginderaan jauh pada dasarnya tanpa seleksi, kecuali seleksi dalam hal karakteristik objek yang terwakili oleh respon gelombang elektromagnetik pada spectrum terpilih.
Pekerjaan pemetaan dengan bantuan foto udara jarang sekali di lakukan pada wilayah yang sempit. Yang hanya di liput oleh satu atau dua lembar foto. Mengingat bahwa keunggulan citra pengindraan jauh termasuk foto udara justru terletak pada kemampuan menyajikan synoptic overview, yaitu tinjauan secara menyeluruh namun ringkas dan untuk daerah yang realatif luas. Berdasarkan  synoptic overview ini, dapat dipilih sampel-sampel lapangan sehingga kerja lapangan untuk pengujian/pengecekan serta pengumpulan informasi yang tidak dapat di lakukan secara langsung melalui dari citra dapat di lakukan secara efisien dari sisi biaya, waktu dan tenaga. Serta dari sisi hasil  yang diberikan.
Karena daerah yang di kaji biasanya terliput oleh beberapa lembar foto (bahkan kadang-kadang sampai lebih dari seratus lembar) maka diperlukan metode yang sitematis untuk memperoleh gambaran umum wilayah. interpretasi setiap pasang (pair) foto, serta pemindahan hasil interpretasi ke peta dasar. Metode ini meliputi :
a.       Penyusun mosaik sementara/tentatif. Berupa mosaik tak terkontrol. Sehingga dihasilkan susunan foto yang memberi gambaran menyeluruh tentang wilayah kajian
b.      Pemberian tanda batas wilayah kajian pada peta dasar/peta topografi seusia dengan batas liputan foto. Beserta dengan pemindahan posisi setiap pusat foto ke peta dasar tersebut
c.       Zonasi wilayah kedalam satuan-satuan pemetaan beserta klasifikasinya (misalnya penutup penggunaan lahan) secara garis besar melalui diskusi tim klompok. Berdasarkan kenampakan yang ada pada mosaic tentative tersebut
d.      Pembagian seluruh foto keseluruh anggota tim. Yang di ikuti dengan persiapan berupa penutup wilayah efektif (effective area) untuk interpretasi serta menandai titik-titik pusat foto dan pusat pindahannya
e.       Interpretasi setiap pasang foto udara dengan mengacu ke zonasi yang telah di tetapkan berdasarkan diskusi kelompok pada langkah (c)
f.       Pemindahan detil/rincian hasil interpretasi ke peta dasar melalui penyesuaian skala
g.      Penyajian peta secara kartografis.

Penyusun mozaik sementara dilakukan dengan menyusun seluruh foto udara wilayah kajian. Dengan memperhatikan urutan jalur terbang dan nomer foto. Pada wilayah yang relative datar dan kondisi penerbangan yang normal yaitu sedikit variasi tinggi terbang. Sedikitnya crabbing (terbang terseret angin) dan sebagainya. Foto-foto tersebut biasanya mempunyai skala yang hampir sama. Foto-foto normal semacam ini akan mempunyai sidelap dan andlap yang cukup sehingga dapat mendukung pengamatansetereoskopis. Mosaik semacam ini merupakan mosaik tak terkontrol. Karena foto hanya di susun berdasarkan urutan jalur terbang dan nomer pemotretan. Serta menumpang tindihkan kenampakan yang sama pada foto-foto yang bertampalan. Guna penyusun mosaik yang tak terkontrol ini sekedar untuk memperoleh gambaraan umum wilayah yang akan di kaji.
Setelah mosaik tak terkontrol disusun. Kenampakan pada foto perlu di bandingkan dengan kenampakan pada peta dasar. Dari pembandingan itu dapat ditentukan batas-batas wilayah kajian yang terliput foto. Pemindahan letak pusat-pusat foto ke peta dasar perlu dilakukan. Supaya detil posisi tiap foto pada peta dapat di ketahui pasti. Hal ini akan sangat membantu dalam interpretasi maupun kerja lapangan.
Berdasarkan susunan mosaik tak terkontrol yang ada, setiap tim dapat mendiskusikan gambaran umum wilayah tergantung pada tema yang akan di kaji. Dari gambaran umum tersebut dapat dilakukan zonasi (penglompokan fenomena secara keruangan) secara garis besar. Apabila obyek kajiannya adalah penutup lahan. Maka bentuk-bentuk penutup lahan yang ada sudah dapat di kenali secara umum. Kenampakan yang ada pada peta dasar/peta topografi akan sangat membantu untuk keperluan ini.
Interpretasi setiap pasang foto di lakukan di dalam wilayah efektif. Delineasi dapat dilakukan sedikit keluar dari waliyah efektif. Untuk memperoleh ikatan dengan hasil delineasi foto lainya. Pemindahan hasil interpretasi ke peta dasar dapat dilakukan apabila ada kesesuaian skala dan proyeksi antara foto dengan peta dasar.pemindahan ini dapat mengunakan alat yang di sebut zoom.transfercope atau aerosketchmaster. Zoom transfercope masih memanfaatkan pandangan stereoskopis untuk pemindahan detil. sedangkan aerosketchmaster hanya memanfaatkan pandangan monoskopis. Cara lain yang lebih sederhana adalah dengan mengunakan pantograf elektrik. Dimana perbedaan skala dapat disesuaikan dengan menaik turunkan bidang hasil interpretasi pada interpretasi yang diproyeksikan ke atas peta dasar. Pengaruh kemiringan saat pemotretan dan perbedaan antara proyeksi sentral dengan ortogonal diatasi dengan memiringkan bidang interpretasi. Cara yang lebih sederhana lagi ialah dengan menggunakan map-o-graph. Di mana bidang hasil interpretasi pada transparasi hanya dinaik turunkan untuk memperoleh kesesuaian skala dengan peta dasar. Tanpa koreksi atas tilt dan beda proyeksi. Penggunaan map-o-graph menghasilkan ketelitian geometri yang paling rendah dibandingkan dengan metode yang lain. Dan hanya setara dengan penggunaan mesin foto copy untuk menyesuaikan skala peta dasar ataupun skala hasil interpretasi.
Pemindahan detil hasil interpretasi ini dilakukan secara bertahap, foto demi foto, dan sebaiknya dilakukan mulai dari bagian tengah peta dasar, supaya kesalahan geometris dapat dibagi rata dan tidak terakumulasi pada satu bagian peta saja. Setelah pemindahan detil dilakukan, maka peta ini perlu diolah kembali untuk dapat disajikan secara kartografis.

DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun. 2005. Modul Praktikum Interpretasi Citra Untuk Penggunaan Lahan Dan Vegetasi. Yogyakarta : Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Dostoc. Peranan Geograf dalam Penggunaan Foto Udara Format Kecil. http://www.docstoc.com/docs/25092712/PERANAN-GEOGRAF-DALAM-PENGGUNAAN-FOTO-UDARA-FORMAT-KECIL
            Diakses pada tanggal 22 Maret2013
Danoedoro, Projo. 2011.  Perkembangan Penginderaan Jauh. http://puspics.ugm.ac.id/s2pj/LightNEasy.php?page=Perkembangan_PJ
            Diakses pada tanggal 22 Maret 2013
























Pengenalan Bentuk-bentuk Penggunaan Lahan pada Berbagai Jenis Citra Penginderaan Jauh

Pemanfaatan teknik penginderaan jauh untuk pemetaan  penutup lahan dan penggunaan lahan sudah memasuki tahap operasional, bahkan semakin lama dirasakan semakin menguntungkan dibandingkan dengan survei langsung di lapangan. Banyaknya jenis citra penginderaan jauh yang ada pada saat ini sangat menguntungkan dalam memilih citra yang sesuai dengan tujuan pemetaan penggunaan lahan skala kecil sampai skala besar.


Dalam memanfaatkan citra penginderaan jauh sebagai sumber data untuk pemetaan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh : (a) resolusi spektral, (b) resolusi spesial, (c) skala dan (d) tingkat kerumitan obyek yang direkam  pada citra tersebut. Pemilihan panjang gelombang, resolusi spasial dan skala yang tepat akan sangat menentukan ketelitian hasil identifikasi penggunaan lahan. Disamping itu tingkat kerumitan obyek juga mempunyai pengaruh yang cukup besar, semakin tinggi kerumitan obyek yang terekam  akan menyulitkan untuk mengidentifikasi obyek penggunaan lahan secara individu.

(Swain dan Davis, 1987) Resolusi (disebut juga resolving power = daya pisah) adalah kemampuan suatu sistem optik-elektronik untuk membedakan informasi yang secara spasial berdekatan atau secara spectral memiliki kemiripan. Resolusi spasial adalah ukuran terkecil suatu obyek yang masih dapat dideteksi oleh suatu sistem pencitraan. Semakin kecil ukuran objek (terkecil) yang dapat terdeteksi, semakin halus atau tinggi resolusi spasialnya. Begitu pula sebaliknya, semakin besar ukuran objek terkecil yang dapat dideteksi maka semakin kasar atau rendah resolusinya.
           
Lahan : merupakan material dasar dari suatu lingkungan (situs), yang diartikan berkaitan dengan sejumlah karakteristik alami yaitu iklim, geologi, tanah, topografi, hidrologi dan biologi. (Aldrich, 1981)
Pengertian dasar penggunaan lahan dan penutup lahan:
  • Penggunaan lahan: merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak pada citra.
  • Penutup Lahan: berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi.
Tiga kelas data secara umum yang tercakup dalam penutup lahan adalah :
  1. Struktur fisik yang dibangun oleh manusia;
  2. Fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan binatang; dan
  3. Tipe pembangunan.

Faktor dari obyek yang mempengaruhi tampak obyek pada citra:

  1. Obyek Tanah
Faktor yang mempengaruhi :
  1. Kelembaban tanah                  : Kelembaban tinggi – Pantulan rendah
  2. Tekstur tanah                          : Tekstur pasir - Pengatusan tinggi - pantulan tinggi
  3. Kekasaran permukaan             : Permukaan kasar – pantulan rendah
  4. Adanya oksida besi                 : Oksida besi tinggi – pantulan rendah
  5. Kandungan bahan organik      : Bahan organik tinggi – pantulan rendah

  1. Obyek Air
Faktor yang mempengaruhi :
  1. Radiasi pada permukaan tubuh air
  2. Sifat optik (pantulan cermin)
  3. Tekstur permukaan tubuh air
  4. Sudut datang dan sudut pantul panjang gelombang.
  5. Pantulan dari dasar tubuh air

·         Air jernih menyerap tenaga relatif sedikit pada panjang gelombang < 0,6 µm, sehingga pantulan maksimum pada bagian spektrum biru – hijau.
·         Air keruh akan merubah transmisi secara drastis sehingga pantulannyapun akan berubah.

·         Air menyerap tenaga dari gelombang inframerah, baik kenampakan airnya sendiri (seperti danau dan sungai) maupun air yang terkandung dalam vegetasi atau di dalam tanah.
·         Perbedaan antara daratan dan tubuh air dapat dideliniasi dengan jelas pada citra yang menggunakan gelombang inframerah.

  1. Obyek Vegetasi
·         Pada julat 0,7 – 1,3 µm daun tetumbuhan memantulkan 50% tenaga yang datang padanya dan 50% lagi ditransmisikan. Pada panjang gelombang ini sedikit sekali tenaga yang diserap.
·         Pantulan tubuhan pada panjang gelombang ini dihasilkan oleh struktur internal daun. Karena pada tiap daun memiliki perbedaan struktur internal, maka pada panjang gelombang ini dapat dibedakan spesies tumbuhannya.
·         Klorofil daun banyak menyerap energi pada panjang gelombang 0,45 – 0,65 µm, sehingga mata kita menagkap vegetasi sehat berwarna hijau disebabkan oleh besarnya penyerapan energi pada spektrum hijau.

Sistem klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan juga ikut menentukan ketelitiaan dalam identifikasi penggunaan  lahan. Beberapa masalah yang terkait dengan sistem klasifikasi penggunaan lahan adalah : (a) pemberian batasan istilah / katagori pengunaan lahan yang tidak seragam, (b) kesesuaian dengan tujuan pemetaan yang dilakukan, dan (c) kesulitan  dalam penyusunan sistem klasifikasi secara hirarkhis, yaitu bertingkat dari skala tinjau sampai dengan skala besar.
Tabel klasifikasi penggunaan lahan menurut USGS (United State Geological Survey):
Tingkat I
Tingkat II
Kode
Penggunaan Lahan
Kode
Penggunaan Lahan
1
Kota dan daerah bangunan
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6

1.7
Permukiman
Perdagangan dan jasa
Industri
Transportasi, komunikasi, umum
Kompleks industri dan perdagangan
Campuran kota dan daerah bangunan
Kota dan daerah bangunan lain
2
Lahan pertanian
2.1

2.2
2.3
2.4
Tanaman semusim dan lahan rumput
Kebun buah-buahan, pembibitan
Pengusahaan pakan ternak
Lahan pertanian lain
3
Peternakan
3.1

3.2
3.3
Peternakan dengan tanaman merambat
Peternakan semak dan gerumbul
Peternakan campuran
4
Lahan hutan
4.1
4.2
4.3
Lahan hutan berdaun lebar
Lahan hutan selalu hijau
Lahan hutan campuran
5
Air
5.1
5.2
5.3
5.4
Sungai dan kanal
Danau
Reservoir
Teluk dan muara
6
Lahan basah
6.1
6.2
Lahan hutan basah
Lahan basah tak berhutan
7
Lahan gundul
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
Dataran garam kering
Pantai
Daerah pasir selain pantai
Batuan singkapan gundul
Pertambangan
Daerah transisi
Lahan gundul campuran
8
Tundra
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
Tundra dengan tanaman merambat
Tundra dengan semak dan belukar
Tundra dengan lahan gundul
Tundra basah
Tundra campuran

9
Salju / es abadi
9.1
9.2
Padang salju
Gletser


DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun. 2005. Modul Praktikum Interpretasi Citra Untuk Penggunaan Lahan Dan Vegetasi. Yogyakarta : Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: Andi Offset
Widayani, Prima. Handout: Interpretasi Citra Untuk Penggunaan Lahan Dan Vegetasi. Yogyakarta: Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada